In Momeriam My Father in Law

Assalaamu'alaikum..

Di awal tahun 2020 lalu berita duka melingkupi keluarga kami. Ayahanda suami, KH. Masduki bin H. Asnawi, menghadap Alloh SWT pada Rabu, 22 Januari 2020 pukul 20.30 WIB. Kaget nggak kaget juga sebenarnya saya. Ayah mertua udah sakit stroke selama empat tahun. Sebulan terakhir kondisinya semakin menurun. Nggak nafsu makan, makan tidur buang hajat di tempat tidur, dan dua minggu terakhir bisa dikatakan kondisi koma sambil menjalani perawatan home care.

Saya sebenarnya nggak dekat dengan mertua. Memang sejarang itu berkunjung ke rumah mertua. Hehehe. Akan tetapi, kepergian akan selalu menimbulkan rasa kehilangan. Sebagai informasi, ayah mertua adalah salah satu mu'alim di tempat tinggal kami. Almarhum bukan keturunan kyai, tapi bisa menjadi kyai dengan berbagai macam ilmu yang ada pada dirinya.

Foto keluarga bareng ayah dan ibu mertua saat lebaran (lupa tahun berapa).

Sejak almarhum terserang stroke, saya memikirkan bagaimana cara ilmu-ilmu almarhum yang bermanfaat itu bisa turun ke banyak orang. Yaa mungkin ada beberapa ilmunya yang sudah turun. Akan tetapi untuk cikal-bakal generasi penerus, belum terlihat hingga sekarang.

Hingga almarhum wafat, kami masih menceritakan andai ada baba (kami memanggilnya baba), bisa gini gitu. Cuman yaa.. Alloh lebih sayang pasti sama baba. Sudah cukup baginya sakit selama empat tahun. Pun begitu bagi keluarga yang ditinggalkan.

Foto ini diambil sepulangnya baba mengisi pengajian ibu-ibu di masjid. Siapa sangka, ini adalah foto terakhirnya menggendong Riyadh. Setelah menggendong, kami pergi makan siang di Ikan Bakar Cianjur. Qodarulloh pulang makan siang, baba terkena serangan stroke setelah mengonsumsi gulai kambing.

Dulu saya selalu mengentengkan. Kalau pada saat makan ikan trus ketulangan, gampanglah tinggal minta air obat aja sama baba. Sebagai informasi, baba pernah menyelamatkan seorang dokter akibat ketulangan. Dokter ini adalah dokter yang biasa menangani luka kaki baba akibat diabetes. Tadinya sang dokter berencana mau operasi tenggorokan di luar negeri. Kemudian, baba membuatkan air doa dan menyuruh sang dokter untuk minum. Qodarulloh, tulang kecil keluar dari rongga mulut. Dokter pun tidak jadi operasi.

Serah terima kepengurusan jenazah dari pemandi jenazah kepada #papapriyadh sebagai anak lelaki pertama di keluarga.

Pun begitu saat mau melahirkan. Kalau pembukaan nggak maju-maju, bisalah minta air doa sama baba. Ada seorang warga yang meminta air obat kepada baba. Dia menceritakan isterinya sudah di rumah sakit, divonis oleh dokter akan operasi caesar. Qodarulloh begitu minum air obat dari baba, sang isteri merasakan mules dan melahirkan secara normal.

Keempat lelaki cucunya yang ikut memakamkan baba.

Cuman yaa itu cerita dulu. Sekarang baba udah nggak ada. Semoga kelak akan ada penerus baba, entah dengan cara apa ilmunya diturunkan ke cucu atau cicit, juga para muridnya.

Mohon doanya untuk rahimahulloh KH. Masduki bin H. Asnawi

اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرَنَا وَكَبِيْرَنَا وَذَكَرِنَا وَاُنْثَانَا. اَللهُمَّ مَنْ اَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَاَحْيِهِ عَلَى اْلاِسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلاِيْمَانِ. اَللهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَلاَتُضِلَّنَا بَعْدَهُ بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Artinya: Wahai Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah dan lepaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan lah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan lah jalan masuknya cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilan rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, serta suami (istri) yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia kedalam surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnah nya, dan dari siksa api neraka.

Murid, anak, dan kapolres ikut menguburkan alm.  KH. Masduki bin H. Asnawi.


Para pelayat yang ikut mengantarkan alm. KH. Masduki bin H. Asnawi ke peristirahatannya terakhir.



Selama tujuha hari kami menggelar tahlilan. Baarokalloh nggak pernah sepi jamaah yang ikut mendoakan almarhum baba.

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)