Umroh Pertamaku

Assalaamu'alaikum, Mama..

Tahun 2018 adalah tahun yang nggak akan terlupakan sepanjang perjalanan hidup saya. November 2018 merupakan kali pertama bagi saya menginjakkan kaki di Tanah Harom secara gratis. Sebenarnya keinginan saya untuk bisa pergi ke Tanah Harom mulai menggebu menjelang kelulusan jenjang pendidikan strata satu. Entah kapan dan bagaimana caranya, keinginan itu saya tuliskan di sebuah note kecil. Pengennya si bisa pergi ke Tanah Harom plus Cairo. Yaa we'll see, lah. Namanya juga keinginan.

Foto bersama para jamaah umroh Adzikra Travel usai umroh yang pertama, Sabtu (9/November/2018) pukul 01.00 WKSA).


Saat bekerja, saya kumpulkan setiap gaji saya supaya bisa ke Tanah Suci. Belum terkumpul uang untuk ke Tanah Suci, saya masuk ke jenjang hidup berikutnya. Menikah. Tujuh bulan menikah, saya pun resign. Karena udah nggak punya pendapatan sendiri, saya pun akhirnya udah nggak terlalu mikirin lagi buat umroh dan haji.

Hanya saja setiap ustazah di pengajian cerita soal Tanah Suci atau melantunkan kalimat talbiyah, saya pengen nangis aja rasanya kalau nggak malu diliat orang. Saya kepengen banget bisa lihat Ka'bah, datang ke rumah Alloh, berkunjung ke makam Rasululloh. Setiap doa yang keluar dari mulut ustadz dan ustadzah agar memudahkan jamaahnya pergi keTanah Suci, saya aminkan banget-banget. Siapa sangka, delapan tahun kemudian mimpi itu terwujud. Alhamdulillah.

Pelepasan kami yang hendak berangkat umroh. Kami: saya, mamah, abang, dan kakak ipar.

Saya berangkat umroh bersama kakak ipar, mama, dan abang nomer dua. Kenapa si kecil tidak dibawa? Berdasarkan pengalaman orang-orang yang sudah pergi ke sana, baiknya memang ditinggal demi kehusyukan ibadah. Pergi umroh kan biayanya besar. Membawa batita yang belum mengenal situasi dan kondisi bisa jadi cranky saat beribadah kelak. Insyaa Alloh kalau ada rejekinya nanti balik lagi sama anak dan suami. Yang penting, udah ngerasain dulu.

Gimana rasanya berkunjung ke Rumah Alloh?

Sebenarnya saya bingung kalau ditanya seperti itu. Beneran nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kalian harus mencobanya sendiri. Keindahan Masjid Nabawi: arsitekturnya, ukiran di dalamnya, buka-tutup nya payung masjid, keramaian masjid oleh warga Saudi saat malam Jumat yang sudah seperti piknik, rasa haru, kecil, dan rindunya diri ini sama Nabi saat tiba di Raudhoh. Semua begitu lekat dalam ingatan di Tanah Harom Madinah.

Masih edisi umroh pertama.

Belum lagi sepanjang perjalangan Madinah menuju Mekah yang memakan waktu minimal 6 jam. Seraya melantunkan kalimat talbiyah, lagi-lagi kalau nggak malu dilihat abang, saya pengen banget nangis sejadi-jadinya. YA ALLOH, SEDIKIT LAGI IMPIANKU TERWUJUD, BISA MELIHAT KA'BAH! Makasi banyak, yaa Alloh atas rejeki-Mu yang tiada tara ini! T_T

Sepanjang perjalanan Mekkah-Madinah pula, saya membayangkan bagaimana perjuangan Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Saya yang pakai mobil saja terasa lamanya, apalagi zaman Nabi Muhammad SAW yang sudah jauh jaraknya, harus pakai onta sebagai kendaraan. Saya juga membayangkan bagaimana nantinya saat musim haji. Konon macetnya bisa berpuluh-puluh kilometer. Ahhh perjalanan umroh ini sungguh belum ada apa-apanya.

Di Bir Ali, mengambil miqot (tempat pemberhentian) bagi jamaan yanh berasal dari Madinah, hendak umroh.

Jumat malam, kami tiba di hotel Mekkah. Karena sudah mengambil miqot di BirAli, kami pun segera melaksanakan umroh yang pertama. Waktu menunjukkan pukul 23 Waktu Kindom Saudi Arabia (WKSA). Bersama jamaah dari Adzikra Travel, kami melaksanakan umroh. Kebetulan saat itu abang saya yang lain juga turut menemani umroh kami. Dia menjadi tour leader jamaah umroh darit ravel lainnya.

Saat thawaf, saya melihat Ka'bah kok ya kecil banget. Nggak besar seperti yang di TV. Jujur, di sini saya masih belum terlalu merasakan sense-nya. Kami mengelilingi Ka;bah memang tidak ngoyo supaya deket ke Ka'bah. Rombongan kami banyak wanita usia renta jadi dibawa santai aja. Lagi pula ini baru pertama kali 'kan. Akan tetapi, begitu kelar thowaf dan puas-puasin memandang Ka'bah, "Yaa Alloh sampe juga saya di rumah-Mu! Gratis!", kataku dalam hati. Bisa juga bikin umroh, thawaf yang pertama kalinya dengan lancar. Setelah thowaf, kami lanjutkan rangkaian umroh lainnya hingga berakhir pukul 2.30 WKSA.

Perasaan haru, kecil, dan lebih dari amazing saat kami bisa menginjakkan kaki di Hijr Ismail. Hijr Ismail, kawasan setengah lingkaran di dekat Ka'bah merupakan salah satu tempat diijabah untuk berdoa. Di sana saya berkesempatan memegang kain penutup Ka'bah. Teksturnya seperti handuk, lembut. Begitu berdiri persis di depan Ka'bah, ya Alloh tinggi saya hanya seperdelapannya. Beneran keciiiil banget diri ini! Saya ingin menangis terisak. Akan tetapi, saya tahan. Bagi saya cukup bisa masuk ke Hijr Ismail dengan mudah, sholat, berdoa, dan memegang kiswah Ka'bah.

Nggak cukup sampai di situ, momen setiap sholat wajib datang juga bikin kangen. Cuman di sana, setiap adzan sholat berkumandang, semua toko tutup. Semua kegiatan berhenti. Semua berbondong-bondong menuju masjid agar bisa sholat jamaah. Soal berlipatgandanya pahala sholat di Tanah Harom bukanlah menjadi perhatian utama buat saya. Suasana dan rutinitasnya itu yang nggak ada di Indonesia!

Saya ingat betul, bagaimana setiap jam 3 kami sudah keluar dari kamar hotel. Menunggu rombongan di lobi hotel untuk berangkat bersama ke masjid. Dinginnya udara di luar ataupun AC di masjid, bukan penghalang. Sembari menunggu subuh, kami mendirikan berbagai macam sholat sunnah, berdoa, dan mengaji sepuasnya. Jika haus, tinggal minum air zamzam saja. Mau yang dingin atau adem biasa, di sana sudah tersedia tanki-tankinya.

Kelar sholat Subuh, kalian akan melihat pemandangan payung-payung Masjid Nabawi secara perlahan mulai terbuka. Sementara di Masjidil Haram, kalian akan melihat ritual para petugas kebersihan membersihkan masjid. Yaa enak aja gitu, semangat ibadah aja kalau udah di sana.

Mekkah dan Madinah benar-benar menjadi dua kota yang sangat dirindukan ummat Islam. Dua kota yang tidak pernah tidur. Dua kota yang selalu ramai oleh muslim seluruh penjuru dunia untuk bermunajat, mohon ampun, dan meluapkan kerinduannya kepada Rasululloh dan Sang Kholik.

Semoga Alloh berikan kesempatan (lagi) buat saya dan kita semua untuk pergi ke Tanah Suci bersama suami, anak, orangtua, dan orang-orang terdekat lainnya. Aamiin yaa robbal 'aalamiin.

Aloohummarzuqna ziyaarota baitikal haroom bi suhuulatin.

Alhamdulillah kami kembali ke Tanah air dengan sehat dan selamat untuk kembali ke Tanah Suci lagi. Semoga kami semua disegerakan untuk ke Tanah Suci lagi, yaa Alloh. Aamiin.



Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)