Empat Cara Agar Berhaji Sedini Mungkin

Labbailakalloohumma labbaik, labbaikalaa syarii kala kalabbaik.
Innal hamda wannimatalak. Walmulkalaa syariikala .. 2x

Tahun 2018 ini alhamdulillah banget saya dikasih rejeki umroh perdana, yang bisa dibilang berangkat umroh tinggal bawa body aja. Alhamdulillah lainnya, saya berangkat umroh tidak sendiri, melainkan bersama mama, abang, dan kakak ipar (yang sudah tahu seluk-beluk dunia umroh dan Arab Saudi). Air mata tak terasa mengalir begitu saya dan para jamaah melantunkan kalimat talbiyah sepanjang perjalanan dari Madinah ke Mekkah.

Jujur, itu pun menjadi momen pertama bagi saya melantunkan kalimat talbiyah selama perjalanan di Tanah Harom. Kata Muthowwif (orang yang membimbing umroh di Tanah Suci), tidak seorangpun yang disunnahkan mengucap kalimat talbiyah, kecuali ia sedang berumroh ataupun berhaji. Sungguh deh kalau bukan karena dipanggil abang saya, rasanya saya ingin meluapkan segala rasa syukur ini dengan air mata. Ahhh mimpi saya dari sejak bisa kerja akhirnya tercapai juga. Delapan tahun kemudian.

Empat Cara Agar Berhaji Sedini Mungkin


Mengapa Saya Ingin Berhaji Sedini Mungkin?

Banyak yang bertanya kepada saya, “ceritain dong pengalaman unmrohnya di blog!” atau “ada pengalaman rohani apa di sana?” Kalau ditanya seperti itu, jujur aja yaa nggak ada rasa atau pengalaman yang gimana-gimana juga.

Mmmm atau lebih tepatnya undescribable gitu dengan kata-kata. Hingga detik ini, dua bulan setelah kepulangan saya, sepertinya momen-momen perjalanan ke Tanah Harom masih terekam sempurna dalam ingatan. Ditambah lagi berseliweran foto dan instagram story teman-teman yang melakukan umroh di pergantian tahun. AHHHH KUPENGEN BALIK LAGI!

Mekkah, kota yang nggak pernah tidur dari orang-orang yang selalu dekat dengan Sang Pencipta


Setelah umroh kemarin ku jadi semakin paham apa yang dikatakan Ustadz Hilman saat manasik, ibadah haji dan umroh adalah ibadah yang membutuhkan tenaga juga materi while banyak ibadah lainnya yang HANYA membutuhkan tenaga atau materi saja. Kukira perjalanan Madinah ke Mekkah itu sebentar. Nggak taunya lama juga, minimal enam jam melalui jalur darat (bus).

Saya yang masih belia gini (iyalah belia, masih 30 tahun :p) rasanya ingin buru-buru sampai Mekkah. Ternyata, yaa nggak bisa secepat itu. Bayangkan saja, kami berangkat dari Madinah sekitar pukul 14.30 WAS. Lalu, tiba di hotel Mekkah pukul 21.00 WAS. Lama waktu tersebut termasuk mengambil miqot di Bir Ali dan istirahat 30 menit untuk sholat Maghrib dan membeli cemilan.

Mengambil miqot di Bir Ali. Jamaah haji ataupun umroh yang berasal dari Madinah, pasti mengambil miqot (titik permulaan) di Bir Ali.

Sampai di hotel, langsung ke pembagian kamar, taro barang-barang, wudhu, makan malam, dilanjut dengan umroh yang berakhir pukul 01.30 tengah malam. Alhasil, saya dan mama sholat subuh juga kesiangan. Pukul 7 pagi baru bangun.

Itu baru saat umroh, lho! Umroh pada November 2018 kemarin bisa dibilang masih sepi, keran umrohnya baru dibuka setelah musim ibadah haji. Akan tetapi, yang namanya Tanah Harom yaa nggak ada sepinya memang. Nggak ada sepinya aja seperti itu, apalagi saat ibadah haji. Tumblek blek seluruh dunia di satu tempat satu waktu! Kebayang nggak tuh seperti apa penuhnya?

Itu baru perjalanan Madinah ke Mekkah yang terasa lama. Belum lagi saat puncak ibadah haji yang dimulai dari Mabit di Muzdalifah, wukuf di Padang Arafah, melempar jumrah, hingga tahallul (potong rambut).

Pemandangan Arab Saudi selama perjalanan dari Madinah ke Mekkah.

Pada saat umroh kemarin, saya sempat napak tilas ke Padang Arafah juga tempat-tempat yang dilalui para jamaah haji saat berhaji. Ya Alloh, rasanya di luar nalar saya membayangkan jutaan manusia berkumpul dalam satu tempat. Bagaimana mobilisasi, konsumsi, daya, dan upaya para jamaah untuk menyempurkan rukun islam yang kelima ini.

Kalau napak tilas ke Padang Arafah di saat umroh itu jalanan sepi. Cuman ada beberapa mobil aja. Lah, pas musim haji, jutaan bis turun ke jalan mengangkut jamaah. Belum lagi ratusan ambulans yang siap membawa jamaah sakit.

Makannya jangan heran mendengar cerita, jamah haji berjalan kaki berpuluh kilometer untuk mencapai Padang Arafah. Yaa memang seperti itu keadaannya. Penuh, macet, tumpah ruwah jadi satu tempat untuk mengingat periode Yaumil Hisab di hari akhir nanti.

Tenda-tenda saat jamaah haji berkumpul di hari  Arafah.

Ada catatan tersendiri bagi jamaah haji plus, nonreguler dari Pemerintah, dari muthowwif. Dalam satu bis jamaah haji plus, terdapat satu pembimbing. Pembimbing ini pasti tahu jalan pintas menuju maktab saat wukuf di Padang Arafah. Jadi, nggak ikut berdesakan seperti jamaah haji reguler. Akan tetapi, biaya haji plus hampir lima kali lipat dari haji reguler, sekitar mulai dari Rp 200 juta untuk 28 hari.

Kalau jamaah haji reguler, satu pembimbing menangani ratusan oraang. Dengan jalan reguler. Bermacet-macet ria. Akan tetapi, balik lagi dengan semangat mengharap ridha Alloh. Mereka yang pulang haji nggak ada cerita kapok. Yangg ada sumringah semua, bertambah syukur mereka semua. Maasyaa Alloh. Pantas saja Alloh menaruh ibadah haji sebagai rukun islam yang kelima. Itupun masih diberi catatan, “jika mampu”. Maha Benar Alloh dengan segala firman-Nya.

Napak tilas dari perjalanan umroh, saya kembali menguatkan tekad untuk bisa berhaji di usia muda bersama suami. Nggak kebayang aja rasanya kalau berhaji di usia renta. Syukur-syukur kalau saya dan suami masih diberikan kesehatan secara sempurna, baik jasmani juga rohani, hingga usia senja nanti. Kalau tidak, bagaimana? Syukur-syukur saya dan suami masih hidup. Kalau sudah meninggal dan belum berhaji, ya Alloh jangan sampai ya :(



Empat Cara Agar Berhaji Sedini Mungkin

Lalu, apa yang saya lakukan supaya bisa berhaji sedini mungkin?

1. Berdoa kepada Alloh

Iya, donk! Berdoa kepada siapa lagi selain Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak atas apa yang ada di langit dan bumi. Saya dikasih tau saa kakak ipar, doa mustajab yang selama ini dia lantunkan, sehingga bisa pergi ke Tanah Suci untuk beberapa kali.

"Alloohummarzuqnaa ziyaarota baytikal haroom bisuhuulatin”. Yaa Alloh berikanlah kami rezeki untuk pergi ke Tanah Harom dengan semudah-mudahnya. 

"Alloohummarzuqnaa ziyaarota baytikal haroom bisuhuulatin”. Artinya, yaa Alloh berikanlah kami rezeki untuk pergi ke Tanah Harom dengan semudah-mudahnya. Mudah di sini bisa dalam artian pergi ke Tanah Harom berkali-kali dengan bayar sendiri, setengahnya, atau bahkan gratis. Amalkan doa ini setiap habis sholat, minimal dibaca 3x.

Yang tadinya ku nggak tau, yaa sudah deh. Sekarang kukencengin baca doanya, selepas sholat wajib juga di saat mata ini melihat Tanah Harom, entah itu Masjid Nabawi, Ka’bah, juga Masjidil Haram. Semoga Alloh mengijabah doa-doa ku, aamiiin.

2. Kencengin Sedehaknya, Niat untuk Haji

Masih ragu sama kedahsyatan sedekah? Saya bisa punya anak karena dikencengin sedekahnya. Mau umroh biar lebih yakin lagi, yaa sedekahnya digiatin. Sedekah itu selain penolak bala juga sebagai tanda syukur kita sama Alloh. Bukankah Alloh berjanji dalam Qur’an-Nya untuk kian melipatgandakan nikmat-Nya kepada siapa saja manusia yang mau bersyukur? Yuk, sedekah sambil diniatin untuk segala asa yang ingin dikabulkan.

3. Mendatangi Orang-orang yang Baru Pulang dari Tanah Harom

“Kalau orang baru pulang umroh, datengin rumahnya! Bukan, bukan untuk minta oleh-oleh, tapi minta karomahnya. Keberkahannya”, pesan Ustadz Syukron Kurniawan di salah satu sesi kajian yang pernah saya ikuti.

Karena ada anggapan orang yang pulang dari Tanah Harom, umroh juga haji, doanya mudah dikabulkan. Malaikat masih nempel di tubuhnya selama 40 hari. Percaya tidak percaya, kami melakukan hal demikian. Meminta doa kepada mereka yang baru pulang haji juga umroh, agar kami bisa disegerakan ke Tanah Suci, umroh atau haji, yang mana aja duluan. See? Dengan kuasa-Nya, aku kesampean berumroh di November 2018 lalu. Alhamdulillah ‘alaa kulli haal.

4. Membuka Tabungan Haji

Yess, niat udah kenceng, doa jangan ditanya setiap hari komat-kamit, tinggal action-nya nih! Niat menyisihkan sebagian rezeki kita untuk berjuang di jalan Alloh (haji dan umroh salah satunya) melalui pembukaan buku tabungan haji.

Memulai Tabungan Haji bersama Bank Danamon Syariah

Hasrat berhaji selagi muda sebenarnya sudah mulai ada saat saya dan suami menjenguk para saudara yang baru pulang haji. Kami mendengar cerita mereka, berapa lamanya mereka menunggu hingga waktu keberangkatan tiba. Wow, ternyata mereka menunggu lima tahun saja! Eits, tunggu dulu! Masa tunggu lima tahun untuk waktu pendaftaran haji tahun 2011. Bagaimana dengan tahun 2018? Konon, sudah menginjak masa tunggu belasan tahun. Nah, lho! Kapan nih saya bisa berhaji?

Karena masa tunggu haji kian pwanjaaang, yaa kalau ditunggu tanpa berbuat sama aja nothing! Yuk, kita mulai buka tabungan haji. Saat ini ada banyak bank syariah yang menawarkan pembukaan buku rekening haji, tapi aku mau cerita tentang tabungan haji di Bank Danamon Syariah.

Udah tahu belum kalau Bank Danamon juga ada Bank Danamon Syariah? Jadi yang namanya hukum riba di bank konvensional, ada akad mudharabah (bagi hasil) di Bank Danamon Syariah. Tidak hanya sekadar berstatus syariah, sejak Agustus 2018 Bank Danamon Syariah telah dikukuhkan sebagai salah satu bank yang dapat melayani pendaftaran haji melalui jaringan cabang Bank Danamon. Artinya, kita udah bisa lho daftar haji melalui tabungan di Bank Danamon Syariah. Yuk, nabung haji, yuk!

Ada dua jenis tabungan haji Bang Syariah Danamon:

1. Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH)

Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH) merupakan tabungan yang diperuntukkan nasabah untuk melakukan penyetoran ibadah haji melalui pembayaran setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang terkoneksi langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementerian Agama RI.

Jadi, nih ya kalau para mama sudah punya uang bulet sebesar Rp 25 juta, bisa tuh langsung mendaftarkan diri ke Kemenag RI sebagai calon jamaah haji Indonesia secara resmi. Kita setor uang ke Bank Danamon senilai Rp 25 juta. Kemudian, Bank Danamon Syariah akan memberikan semacam surat rekomendasi kepada Kemenag RI yang menyatakan, nasabah yang bernama si A telah melakukan penyetoran awal BPIH di Bank Danamon.

Setelah mendapat surat rekomendasi dari Bank Danamon, kita juga harus melengkapi syarat lainnya yang dibutuhkan dalam mendaftar haji. Jika syarat sudah lengkap, langsung deh daftar ke kantor wilayah Kemenag RI terdekat buat dapat nomer porsi. Nomer porsi ini digunakan nasabah untuk mengecek waktu keberangkatan haji.

Trus selama belum berangkat haji, apa yang bisa kita perbuat dengan akun RTJH Bank Danamon Syariah? Ya terus nabunglah buat biaya-biaya akomodasi. Begitu waktunya tiba, alhamdulillah kalau kita sudah kelebihan duit buat bekal ibadah haji. Aamiin.

2. Tabungan Rencana Haji iB

Nah, kalau Tabungan Rencana Haji iB, sesuai dengan namanya, rencana. Artinya, buat masyarakat Indonesia yang berencana haji, bisa nabung dulu nih di Bank Danamon Syariah hingga mencapai Rp 25 juta. Kalau sudah mencapai jumlah tersebut, baru deh nasabah bisa setor ke BPIH Kemenag RI buat dapat nomer porsi sekaligus perkiraan waktu keberangkatan.

Apa sih kelebihan pakai Tabungan Rencana Haji iB dari Bank Danamon? Nih ya, berdasarkan kesimpulan saya saat menghadiri talkshow Meet The Export “Saatnya Berhaji Sedini Mungkin bersama Bank Danamon Syariah”, Kompasianival 2018, Sabtu (2018), di Atrium Kemang Village, menabung Tabungan Rencana Haji iB Bank Danamon Syariah membuat nasabah seakan “dipaksa” untuk menabung sebesar Rp 300 ribu/bulan demi terwujudnya cita-cita berangkat haji.

Kenapa saya bilang “dipaksa”? Karena ketentuan dari Tabungan Rencana Haji iB Bank Danamon di antaranya berbunyi:

  • Membuka rekening awal Tabungan Rencana Haji iB sebesar Rp 300 ribu.
  • Setiap bulannya, Bank Danamon Syariah juga akan melakukan autodebet sebesar Rp 300 ribu.
  • Periode menabung berkisar 6-72 bulan.

Sementara di bank syariah lain tuh nggak dipaksa. Setoran awal Rp 500 ribu, sedangkan setoran selanjutnya terserah. Menurut saya, “pemaksaan” yang dilakukan Bank Danamon Syariah terbilang bagus untuk tercapainya tujuan menabung, yakni setoran awal ibadah haji sbeesar Rp 25 juta.

Coba aja kalau nggak dipaksa autodebet, yaa bisa-bisa para nasabah leyeh-leyeh juga buat nabung. Kendor niatnya. Kalau “dipaksa” seperti ini, mau tidak mau nasabah harus menyisakan minimal uang Rp 300 ribu di rekening untuk niat ibadah haji.

Apalagi keuntungan menabung Tabungan Rencana Haji iB Bank Danamon Syariah? Mereka menggunakan akad mudharabah alias bagi hasil. Jadi, para nasabah nggak hanya menabung, tetapi juga dapat bonus dari perputaran usaha yang dilakukan Bank Danamon Syariah. Membuka Tabungan Rencana Haji iB Bank Danamon Syariah juga melibatkan asuransi jiwa. Semisal sampai usia kita berangkat haji dengan tabungan Bank Danamon Syariah, pihak bank sudah mengkover biaya asuransi jikalau ada kejadian yang tak terduga pada nasabah saat melaksanakan ibadah haji.

Soal biaya administrasi? Semua GRATIS! Mulai dari percetakan kartu ATM hingga tarik tunai di Arab Saudi via mesin ATM melalui jaringan Mastercard Electronic. Mudah kan membuka tabungan haji?

Ini cerita versi saya dalam mempersiapkan haji sedini mungkin. Kalau para mama seperti apa? Yuk, saling mendoakan agar kita bisa berhaji sedini mungkin?

Doa boleh, usaha juga jalan terus! Selanjutnya biar Sang Kuasa yang menentukan. Kalau para mama dan papa sudah memiliki tabungan haji, boleh lho sekarang buatin Tabungan Rencana Haji iB Bank Danamon Syariah untuk anaknya. Berapa lama waktu tunggu ibadah haji? WAAAH BANYAK DEH! Yang penting sekarang mulai aja dulu buka tabungan haji supaya bisa berhaji sedini mungkin.

Saya bersama rombongan sesaat umroh pertama selesai. Alhamdulillah. Kemudian dilanjutkan dengan tahallul atau potong rambut secara simbolik.

1 komentar

  1. Baru searching tentang tinggal di mekah , ketemu blog ini. Pas di liat di upload 5 jam sebelum nya. Masya allah saya juga mau dateng kesana mba. Semoga bisa juga tinggal disana sama keluarga saya.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)