Hidup Cerdik, Jantung Sehat

Assalaamu'alaikum..

Pa kabar mama? Apa kabar juga orang-orang terdekat? Akhir-akhir ini ku sering banget dapat kabar dari manteman ataupun kerabat yang tetiba ambruk, tak sadarkan diri, lalu dirawat secara intensif di rumah sakit. Nggak lama kemudian ku dengar kabar diagnosanya, pembuluh darah mereka pecah. Beberapa ada yang selamat dan terus bertahan. Beberapa lagi ada yang tak butuh waktu lama untuk berpulang ke Yang Maha Kuasa.

Sedih, serem, campur takut mendengarnya. Kalau mendengar pembuluh darah pecah, itu artinya ada masalah di jantung yang bersangkutan. Jantung bak nafas setiap makhluk hidup. Kalau jantung bermasalah, bagaimana dengan kehidupan juga organ tubuh lainnya?

Hidup Cerdik, Jantung Sehat

Nah, ngomongin serangan jantung, beberapa waktu lalu saya sempat mengikuti talkshow bersama Kementerian Kesehatan  Republik Indonesia, Jumat (28/10/2018), dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia yang jatuh setiap 29 September. Adapun narasumber yang hadir terdiri dari: dr. Cut Putri Arianie, MHKes (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI) dan dr. Bambang Dwi Putra, SpJP (anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia - PERKI).

Penyakit Jantung dan Penyakit Tidak Menular

Penyakit jantung merupakan salah satu bagian dari jenis penyakit tidak menular. Namanya saja tidak menular, artinya jika seseorang terdeteksi menderita penyakit jantung, ia tidak serta menularkan ke orang di sekitarnya dalam waktu yang cepat ataupun lama melalui interaksi.

Karena termasuk penyakit tidak menular pula, penyakit jantung tidak memiliki penyebab pasti yang bisa memunculkan penyakit tersebut. Biasanya semua jenis penyakit tidak menular akan muncul akibat akumulasi faktor risiko seperti kurangnya aktifitas fisik dan olahraga, tidak mengonsumsi makanan gizi seimbang, stress, merokok, dan sebagian kecil keturunan.

Penyaktit jantung sendiri ada berbagai jenis: penyakit arteri koroner (penyakit jantung koroner), aritmia (gangguan pada irama jantung), penyakit jantung bawaan (kelainan jantung sejak lahir), kardiomiopati (gangguan pada otot jantung), infeksi jantung, penyakit katup jantung. Akan tetapi, pada pembahasan kali ini akan berfokus pada penyakit jantung koroner (PJK).

Penyakit Jantung Koroner (PJK), Penyebab Kematian Terbanyak Kedua di Indonesia

Mengapa kita harus memiliki perhatian lebih terhadap penyakit jantung koroner (PJK)? Menurut cerita dari dokter Bambang, hampir setiap hari di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Harapan Kita, dokter mendapati pasien seran jantung di usia muda. Artinya apa? Trend penyakit jantung sudah beralih ke mereka yang termasuk usia muda. Kejadian di UGD RS Harapan Kita ini turut pula didukung dari hasil Riset Keesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang menyebutkan, PJK merupakan penyebab kematian terbanyak kedua setelah stroke pada golongan penyakit tidak menular.

Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasar hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar 1,5%. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit penyebab kedua terbanyak penyebab kematian setelah stroke,  12.9% pada golongan penyakit tidak menular. 

Beneran deh, mams! Jangan sampai kita atau aggota keluarga kita ada yang kena penyakit jantung (lagi). PJK bisa menyebabkan penurunan produktivitas, otomatis beban ekonomi keluarga juga meningkat. Kalau mama hidup di kota besar, keterjangkauan dengan tenaga kesehatan masih bisa tercapai. Beda halnya kalau kita tinggal di pelosok kampung.

Kalau ditanya tentang ketersediaan dokter, sungguhlah sedikit ketersediaan dokter kardiologis (dokter yang mendalami ilmu penyakit jantung). Indonesia 'kan punya kurang lebih 13.466 pulau ya Ma. Penduduknya aja sampe 200an juta. Akan tetapi, persediaan kardiologis di Indonesia hanya  kurang lebih11000 kardiologis. Gak berbanding antara dokter dan jumlah pasien.

Asal-Mula Penyakit Jantung Koroner

Dari tadi kita ngomongin jantung. Para mamas udah tahu belum, jantung itu yang sebelah mana si? Sekarang coba deh pegang bagian dada tubuh mama. Kalau ada yang terasa berdetak di bagian kiri, di situlah jantung berada.

Bak mesin air di rumah kita, nih mams yang terus mengalirkan air ke berbagai pipa untuk berbagai kebutuhan di rumah, jantung juga bekerja seperti itu. Jantung bekerja secara involunteer, tanpa disuruh. Ia berperan mengalirkan darah melalui pembuluh darah. Sayangnya semakin tua, aliran darah ini bisa terganggu akibat penyumbatan pembuluh darah.

(dok. Direktorat P2PTM Kemenkes RI)


Jadi, penyakit jantung koroner (PJK) merupakan gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah sebagai efek dari penyempitan pebuluh darah. Pada orang sehat, pembuluh darah itu luas dan bersih. Pada penderita PJK, pembuluh darah menyempit karena sumbatan lemak.

Sebenarnya PJK ini tidak muncul seketika. Ia sudah berproses selama berpuluh-puluh tahun yang lalu di mana tanda-tandanya juga tidak muncul secara signifikan. Seringnya, pasien yang datang ke rumah sakit yang memang sudah parah keadaanya.

Penyebab Utama Serangan Jantung (dok. Direktorat P2PTM Kemenkes RI)

Tanda dan Gejala Spesifik PJK


Itu tadi proses terjadinya PJK di dalam tubuh, yang kasat mata. Kalau tanda-tanda orang terkena PJK seperti apa, ya? Supaya tidak rancu dengan keluhan dada sesak akibat meningkatnya volume gas pada lambung atau nervous, mama perlu tahu tanda dan gejala spesifik PJK. Jika ada rasa nyeri mendadak di bagian dada sebelah kiri (nyerinya dapat digambarkan seperti ditusuk-tusuk, diremas-remas, ditekan, terbakar) yang berlangsung selama lebih dari 20 menit saat istirahat atau berakitivtas yang disertai dengan keringat dingin, lemah, mual, pusing; tjussss segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Lokasi Keluhan Nyeri Dada pada Penderita Penyakit Jantung Koroner (dok. Direktorat P2PTM Kemenkes RI)

Jika Puskesmas masih bisa menangani, ya ditangani Puskemas. Jika tidak, Puskesmas akan merujuk ke rumah sakit terdekat yang lebih lengkap peralatannya. Jika belum bisa tertangani, dokter akan merujuk ke RS Harapan Kita sebagai pusat rehabilitasi penyakit jantung nasional.

Di fasilitas kesehatan, dokter akan mengambil tindakan sesuai dengan tingkat keparahan penyakit. Apakah hanya diberikan obat pengencer darah (fibrinolisis) atau pembedahan (operasi bypass) atau pemasangan ring.

Gejala dan Tanda Spesifik Penyakit Jantung Koroner (dok. Direktorat P2PTM Kemenkes RI)

Siapa yang Berisiko Terkena PJK?

Siapa sih yang berisiko terkena PJK? Mereka yang merokok, stress berlebih, alkolism, berat badan berlebih, kolesterol tinggi (LDL tinggi, HDL rendah), tekanan darah tinggi, penderita diabetes melitus, usia (pria >45 tahun, wanita >55 tahun), dan ada riwayat keluarga yang menderita PJK memiliki risiko tinggi untuk terkena PJK.

Akan tetapi, yang perlu diingat, PJK dan semua penyakit tidak menular tidak akan muncul sendirian. Akumulasi dari beberapa faktor risiko di atas yang akan memunculkan PJK. Kalau faktor risiko usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga (gen) merupakan faktor yang tidak bisa diubah/modifikasi. Akan tetapi, merokok, stress berlebih, alkolism, berat badan berlebih, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko yang bisa dihindari dengan memaksimalkan gaya hidup sehat.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh RS Harapan Kita, dari enam faktor risiko di atas, ternyata sebaran faktor risiko pasien yang kena serangan jantung itu 64% perokok, 54% hipertensi, 30% diabetes, 40% kolesterol, 20% riwayat keluarga. Sayang, ya. Padahal rokok, hipertensi, diabetes, dan kolesterol masih bisa diubah.

Faktor Pemicu (Risiko) Penyakit Jantung Koroner (dok. Direktorat P2PTM Kemenkes RI)

Kalau Sudah Terkena PJK, Apa yang Harus Dilakukan?

Sekarang kalau sudah terkena PJK, apa yang bisa dilakukan pasien? Tentu jangan tambah stress, ya! Risiko kematian masih bisa dihindari. Bila pasien sudah mengalami operasi bypass atau pemasangan ring, dokter akan memberikan saran untuk modifikasi gaya hidup pasien. Dokter akan mendesain diet dan aktifitas fisik pasien sesuai dengan fungsi jantung. Terlalu capek juga tidak dianjurkan bukan untuk penderita PJK.

Doter Bambang sendiri menganjurkan agar penderita PJK melakukan PATUH, yang terdiri dari: periksa kesehatan secara rutin, atasi penyakit dengan pengobatan tetap, tetap aktifitas fisik dengan aman, upayakan diet sehat gizi seimbang, hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogen lainnya.

Lakukan PATUH agar penderita PJK tetap bisa produktif (dok. Direktorat P2PTM Kemenkes RI)


Lakukan CERDIK untuk Mencegah PJK

Biar bagaimanapun, sesuai kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Enam dari sembilan faktor risiko PJK bisa kita minimalisir dengan mengupayakan pola hidup sehat. Berati masih ada harapan besar untuk generasi muda menghindari terjadinya PJK, baik untuk diri sedniri juga lingkungan terdekatnya.

Terdiri dari apa aja nih pola hidup sehatnya? Lakukan CERDIK! Cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dan seimbang, istirahat cukup, dan kelola stress.

Yang sulit itu, merubah perilaku. Kebanyakan dari kita sudah tahu ilmunya, tapi malas mempraktikan! dr. Bambang Dwi Putra, SpJP (anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia - PERKI)

Cek kesehatan berkala kan bayar? Eits, nggak usah yang mahal-mahal. Para mama bisa memanfaatkan program Posbindu yang ada setiap bulan di lingkungan RW. Di Posbindu, mama bisa melakukan pengecekan nilai gula darah, tensi, dan kolesterol. 

Enyahkan asap rokok. Mungkin terkesan berat bagi perokok. Akan tetapi, coba dihitung-hitung deh berapa banyak uang yang harus dibakar untuk sebungkus rokok setiap harinya ketimbang digunakan membeli rujak atau buah-buahan potong?

Rajin aktivitas fisik. Karena trend PJK beralih ke usia muda, maka sebelum terjadinya sakit, kita sebagai mamah muda harus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, salah satunya dengan rajin berjalan kaki. Dulu nih kata dokter Bambang, gaya hidup yang wah itu bila ke mana-mana naik kereta kuda atau mobil. Naik kendaraanlah jatohnya. Nah, sekarang gaya hidup wah itu kalau ke mana-mana bisa ditempuh dengan berjalan kaki. DARE YOU, mams?

Diet sehat dan seimbang. Kenapa trend penyakit jantung koroner bergeser ke yang berjiwa muda? Selain dari segi populasi, gaya hidup masyarakat juga berubah. Coba cek makanan kekinian saat ini? Kopi sachet, burger, martabak, itu semua jenis makanan tinggi kalori yang bisa memicu PJK jika sering mengonsumsi.

Btw yah, sekarang kan banyak macam diet: diet mayo, karbo, keto, golongan darah. Menurut dokter, yang penting tahu tujuan melakukan diet. Semua kembali pada diet dengan gizi seimbang. Dokter Bambang juga mengatakan, belum ada penelitian yang menghubungkan keberhasilan infused water dengan mengurangi lemak pada tubuh. Katanya, tidak ada cara mengeliminasi plak yang nempel di pembuluh darah. Yang BISA kita lakukan hanya mencegah agar plak tersebut tidak bertambah.

Istirahat yang cukup dan kelola stress. Yang tahu kapasitas tubuh seseorang, yaa orangnya sendiri. Jadi, hindarilah stress. Rajin olahraga dan lakukan aktivitas fisik (5-7 kali seminggu @ 30 menit) karena dengan berolahragam tubuh akan mengelyarkan hormon endophrin. Sebuah hormon yang memicu kesenangan, release stress.

Nah, mams. Sudah siap mengubah pola hidup demi jantung sehat? Saya sekarang lagi mencoba untuk rutin jalan kaki di pagi hari. Kalau soal makanan si emang masih belum terlalu mengurangi. Sedikit-sedikit lah ya. Seperti yang diungkapkan dr. Cut Putri, sesayang-sayangnya sama jantung jangan sampai bertunangan. Iya, yang diberi cincin kekasih hati saja, jangan jantungnya.

Wassalaam.

Penyakit jantung sebelum usia 80 tahun adalah kesalahan kita, bukan kehendak Tuhan atau kehendak alam" -pesan dokter Bambang mengutip perkataan Paul Dudley White, dokter dan ahli jantung Amerika

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)