Yuk, Eliminasi Kaki Gajah melalui Belkaga!

Assalaamu’alaikum..

Bentar lagi bukan Oktober nih, Mam! Adakah yang spesial di bulan ini? Bagi saya, Oktober selalu bulan yang spesial. Selain memperingati hari ulang tahun papah, bulan Oktober juga saya mau membantu pemerintah untuk menyukseskan Belkaga 2018. HAH, apa tuh Belkaga? Belkaga stands for bulan eliminasi kaki gajah.

Yup, KAKI GAJAH! Mama pernah denger nggak tentang penyakti kaki gajah? Penyakit kaki gajah merupakan satu dari jenis penyakit menular yang bisa mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup alias permanen bagi penderitanya. Kalau sudah sampai tahap begini, tidak ada obatnya, Mam. Duh kesian si penderita juga keluarga yang ditanggungnya. Coba yuk, kenali lebih jauh tentang penyakit kaki gajah dan program Belkaga. Lanjut baca tulisanku, ya!

Yuk, Eliminasi Kaki Gajah melalui Belkaga!

Ku mau sharing ilmu penyakit kaki gajah dari acara Temu Blogger Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Senin (24/9/2018), di Ruang Naranta Kementerian Kesehatan. Acara tersebut dihadiri oleh nara sumber keren: Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI (dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc) dan Anggota Nasional Task Force Filariasis (Prof. Dr. Dra. Taniawati Supali).

(dari kiri ke kanan) Para narasumber yang hadir dalam acara Temu Blogger Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Senin (24/9/2018), di Ruang Naranta Kementerian Kesehatan, Jakarta: Indra Rison (moderator dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes), dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI), dan Prof. Dr. Dra. Taniawati Supali (Anggota Nasional Task Force Filariasis).

Apa sih Penyakit Kaki Gajah?

Penyakit kaki gajah atau dalam bahasa kerennya filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria, ditularkan oleh nyamuk. Kenapa disebut menular menahun? Sebab jika seseorang sudah terjangkit cacing filaria, lalu dibiarkan selama bertahun-tahun hingga terjadi elephantiasis (pembengkakan sebesar kaki gajah), maka orang tersebut akan lumpuh total seumur hidupnya.

Penyakit ini memang tidak mematikan. Meski demikian, penyakit ini tetap berbahaya untuk kualitas sumber daya manusia Indonesia. Orang yang terkena penyakit kaki gajah secara otomatis tidak bisa beraktivitas. Jangankan bekerja, mengurus dirinya saja penderita tidak mampu. Akan terus dibantu oleh anggota keluarga lainnya atau perawat.

Kalau sudah menimbulkan kecacatan  menetap seperti ini, masalah selanjutnya yang akan muncul adalah psikologi penderita. Mereka bisa dikucilkan oleh keluarga juga masyarakat setempat. Muncul stigma sosial negatif pada si penderita. Bahkan, penderita kaki gajah dianggap aib dan menambah beban ekonomi keluarga juga negara.

Gambaran kondisi penderita penyakit kaki gajah yang sudah tahap kronis. Terjadi pembengkakan di satu atau lebih bagian tubuh, seperti kaki, tangan, hingga organ genital. Jika pada orangs ehat air seni berwarna kuning, air seni pada penderita penyakti kaki gajah kronis berwarna putih akibat terlalu banyak zat kapur dan kerusakan organ limpa.

Bagaimana Cara Penularan Penyakit Kaki Gajah?


Penyakit kaki gajah ditularkan melalui gigitan nyamuk yang didalamnya mengandung larva cacing filaria. Larva cacing filaria ini pun berasal dari orang yang telah terinfeksi sebelumnya.

Ketika nyamuk yang terinfeksi oleh sejumlah larva (L3) menggigit manusia, parasit yang ada akan menempel di kulit manusia hingga menerobos ke dalam aliran darah. Larva-larva tersebut berpindah ke jaringan limfatik dan berkembang menjadi cacing dalam waktu 6-12 bulan, menyebabkan kerusakan dan pelebaran pembuluh limfatik.

Selama bertahun-tahun cacing filaria dewasa ini hidup dalam tubuh manusia. Selama itu pula, mereka memproduksi jutaan mikrofilaria yang belum dewasa, beredar di dalam pembuluh darah tepi, dan ditelan oleh nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi. Larva-larva tersebut selanjutnya berkembang di dalam tubuh nyamuk sebelum menjadi infeksi ke manusia.

Penyakit kaki gajah berawal dari larva cacing filaria (L3 atau mikrofialria) yang hidup dan berkembang di dalam tubuh manusia. Cacing ini merupakan jenis cacing yang bisa masuk ke dalam aliran darah manusia. Bila nyamuk menghisap darah manusia yang terinfeksi cacing filaria, nyamuk ini bisa menjadi vektor (perantara) penularan penyakit kaki gajah.

Tahap Perkembangan Penyakit Kaki Gajah


Sayangnya, perkembangan penyakit kaki gajah sulit terdeteksi di awal stadium. Penyakit ini perlu waktu bertahun-tahun untuk muncul. Tidak ada yang pasti rentan waktu dari stadium satu ke stadium lainnya. Semua itu bergantung pada kemampuan imunitas masing-masing individu. Tempat pembengkakan juga bisa terjadi di mana saja. Ada yang terjadi di kaki, tangan, hydrocele (pembesar kantung di sekitar testis berisi cairan), sampai di payudara.

Pada stadium 1, memang sudah mulai pembengkakan. Akan tetapi hilang saat bangun pagi. Oleh karena itu, untuk pengecekan ada tidaknya cacing filaria, sebaiknya dilakukan malam hari. Sementara itu lipatan kulit tidak ada, kulit masih halus dan normal, pitting edema (ada bagian tubuh yang bengkak. Jika dipencet akan meninggalkan bekas cekungan, tidak kembali seperti bentuk semula).

Di stadium 2 pembengkakan mulai permanen, tidak hilang di pagi hari. Akan tetapi kondisi kulit masih mulus. Selanjutnya di stadium 3, 4 hingga ketujuh mulai parah, mulai ada lipatan kulit yang dangkal, nodul (benjolan di kulit), bengkak kian membesar, mossy foot (gambaran kaki seperti berlumut).
Tahap perkembangan secara fisik penyakti kaki gajah. (sumber: dictio.id)

Sebaran Penyakit Kaki Gajah

Berbeda halnya dengan penyakit demam berdarah dan malaria, ada 23 spesies nyamuk yang menjadi vektor penyakit kaki gajah. lima genus di antaranya culex, anopheles, aedes, mansonia, dan armigeres. Nyamuk-nyamuk ini senang hidup di got, sawah, hutan, dan rawa. Oleh karena itu, penularan penyakit kaki gajah amat cepat.

Pada umumnya penyakit kaki gajah sering terjadi di negara beriklim tropis, Indonesia salah satunya. Waah serem juga, ya! Adapun pesebaran penyakit kaki gajah di Indonesia meliputi: sebagian besar pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, dan provinsi Nusa Tenggara Barat.

Jakarta tidak termasuk wilayah endemik penyakit kaki gajah. Alhamdulillah. Akan tetapi, jangan senang dulu! Daerah kelilingnya (Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi) merupakan wilayah endemis penyakit kaki gajah.

Sebaran penyakti kai gajah di Indonesia. Kebanyakan berwarna merah, ya. Artinya, daerah tersebut merupakan wilayah endemis penyakit kaki gajah. Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, 236 di antaranya endemis kaki gajah.

Pengobatan dan Perawatan Penyakit Kaki Gajah


Pengobatan terhadap penyakit kaki gajah bisa dilakukan bila penderita belum mencapai tahap kronis. Artinya, pembengakan sebesar kaki gajah belum terjadi. Penderita bisa mengonsumsi obat antifilaria (Diethyl carbamazine citrate-DEC) satu kali dalam setahun selama lima tahun berturut-turut. Dengan mengonsumsi DEC, diharapkah dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa, sehingga para penderita yang masih dalam keadaan akut bisa sembuh total, tidak sampai pada tahap kronis.

Bagaimana dengan penderita yang sudah mencapai tahap kronis? Ada tata laksana perawatannya:

  • Penderita tentu harus menjaga kebersihan bagian tubuhnya yang bengkak, utamanya dengan pencucian di lipatan-lipatan kulit.
  • Perawatan ekstra harus diberikan pada bagian tubuh edema (bengkak) yang luka .
  • Gunakan alas kaki yang cocok: tidak sempit dan dapat dibuka bagian atasnya untuk mencegah luka, infeksi, kuman masuk.
  • Jika sedang tidur atau duduk di sofa, naikkan kaki ke posisi lebih tinggi untuk menjaga alirah darah tetap lancar.

Pencegahan Penyakit Kaki Gajah

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah penyakit kaki gajah? Karena Jakarta bukan wilayah endemis penyakti kaki gajah, kita bukan berarti aman dari penyakit kaki gajah. Wilayah suburban yang mengelilingi Jakarta merupakan wilayah endemis. Oleh karenanya, kita harus menghindari gigitan nyamuk dan memberantas nyamuk penular. Selain itu, untuk wilayah  endemis, masyarakat diharapkan ikut aktif dalam mengonsumsi obat pencegahan massal penyakit kaki gajah.

Pengobatan dan Perawatan pada Penderita Penyakit Kaki Gajah

Nah, Mams penderita kaki gajah ini jangan sampai diabaikan, diisolasi, juga dikucilkan. Justru penderita yang sudah mengalami pembengkakan sebesar kaki gajah, penularan infeksi sudah tidak terjadi lagi. Hal ini dikarenakan cacing-cacing filarial di dalam tubuh penderita sudah mati.

Sebagai pendampingan terhadap penderita penyakit kaki gajah kronis, anggota keluarga bisa membantu penderita untuk merawat kebersihan bagian tubuh yang mengalami elephantiasis.
Potensi infeksius dan penularan justru terjadi pada mereka yang di dalamnya masih terdapat cacing-cacing kecil (larva) filaria. Kalau sudah seperti ini, mereka harus mengonsumsi obat yang diberikan pemerintah melalui program Belkaga (bulan eliminasi kaki gajah).

Belkaga, Program Eliminasi Penyakit Kaki Gajah dari Pemerintah Indonesia

Belkaga (bulan eliminasi kaki gajah)  merupakan bulan yang ditetapkan untuk minum obat pencegah penyakit kaki gajah secara serentak di seluruh wilayah endemis di Indonesia. Bulannya adalah bulan Oktober. Kegiatannya berupa POPM (Pemberian Obat Pencegahan Massal).

Tujuan Belkaga apalagi kalau bukan menurunkan kadar mikrofilaria di dalam darah sehingga tidak terjadi lagi penularan penyakti kaki gajah walaupun POPM filarisis sudah dihentikan.

Siapa saja yang wajib minum obat pencegah filariasis ini? Semua lapisan masyarakat usia 2-70 tahun (kecuali anak berusia kurang dari 2 tahun, ibu hamil, penderita gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, penderita penyakit berat yang mengharuskannya berbaring sepanjang masa di tempat tidur, juga anak dengan marasmus dan kwashiorkor) yang tinggal di wilayah endemis penyakit kaki gajah.

Belkaga (Bulan Eliminasi Kaki Gajah) yang jatuh setiap bulan Oktober merupakan program eliminasi penyakit kaki gajah dari pemerintah Indonesia. Melalui Belkaga, masyarakat diharapakan aktif untuk meminum obat pencegah filariasis demi memutus rantai penularan penyakit menular menahun ini.


Obat pencegah filariasis ini bukan obat cacing sembarang yang biasa kita lihat di iklan media massa. Obat ini khusus membunuh larva cacing yang bisa masuk ke dalam aliran darah. Kalau obat cacing yang biasa dijual umum ampuh mematikan cacing pada usus. Meski demikian, bila warga mengonsumsi obat pencegah filariasis, secara langsung juga membunuh cacing yang berada di usus.

Obat pencegah filariasis diminum sesudah makan sekali setahun selama minimal lima tahun dan diminum langsung di depan petugas.

Kenyataan di lapangan, masih banyak warga yang menolak mengonsumsi obat pencegah filariasis. Di beberapa kalangan masyarakat Indonesia, penyakit kaki gajah  masih identik sebagai penyakit kutukan. Padahal, itu penyakit menular yang bisa dicegah.

Karena sangat sulit mendeteksi apakah seseorang terinfeksi penyakit kaki gajah pada tahap awal, pemerintah memaksa warga untuk minum obat pencegah filariasis di depan petugas demi memutus rantai penularan cacing filaria di dalam tubuh.

Kalau sehabis minumm obat pencegah filariasis, mama merasa mual muntah, sakit kepala, demam, reaksi ini wajar. Artinya dalam tubuh mama benar ada cacing filaria. Obat sedang bekerja untuk mengeliminasi cacing dewasa dan mikrofilaria di dalam tubuh. Reaksi ini berlangsung kurang dari 3 hari, sembuh sendiri tanpa diobati. Nah, jadi jangan takut ya Mam meminum obat pencegah penyakti kaki gajah (filariasis) kalau timbul efek yang demikian.

Dalam hitungan hari udah masuk bulan Oktober, yuk kita sukseskan Belkaga 2018 supaya tercapai cita-cita pemerintah Indonesia mengeleminasi penyakti kaki gajah di Indonesia pada tahun 2020. Caranya gimana? Mama bisa bantu sebarkan informasi ini, bisa juga mengampanyekan minum obat filariasis.

Penyakit kaki gajah tidak mematikan, tapi bisa menambah beban ekonomi keluarga. Meminum obat pencegah filariasis tidak apa-apa, justru membunuh cacing filaria (dewasa dan larva) yang ada dalam tubuh). Salam Indonesia Sehat!

Teman-teman blogger yang hadir di acara Temu Blogger Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Senin (24/9/2018), di Ruang Naranta Kementerian Kesehatan, Jakarta.

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)