"Toilet Training" a la Mama Riyadh

Assalaamu'alaikum...

Sebuah pesan baru masuk ke akun Instagrama saya (betewe, yang belum follow, monggo follow @anesanisa. Nanti ejke folback dehh). Teman kantor lama saya menanyakan bagaimana tips toilet training. Kebetulan anak dia dan anakku beda-beda tipislah umurnya. Intinya sih kita udah sesama punya batita alias bayi di bawah tiga tahun dan keduaknya l-a-k-i.

Jadi, apa aja tips-nya? Mari dibaca sampai habis isi blogpost-nya ya! Supaya ekspektasi nggak ketinggian, saya belum menerapkan toilet training pada saat malam hari. Bisa dibilang Riyadh masih suka ngompl. Awalnya saya ragu mau cerita tentang prestasi Riyadh yang satu ini karena masih setengah jalan. Karena ada yang tanya, yaa saya tulis ajalah. Nanti kucerita detail prosesnya. Semoga mangpaat :*

Toilet Training a la Mama Riyadh


Semua berawal dari obsesi saya, saat usia dua tahun kelak, Riyadh sudah harus lepas popok sekali pakai (pospak). Riyadh tidak boleh seperti sepupu-sepupunya yang usia 3 tahun masih pakai pospak. Maklumlah newmom. Jadi, maunya sesegera mungkin ada progres ke anaknya. Demi menambah uang jajan mamanya juga sih kalau udah nggak bebelian pospak :P

Apa yang harus disiapkan untuk toilet training (TT)?

Pertama, yaa ilmu tentang toilet training. Mau apa aja juga harus pakai ilmu. Masalah kepake atau nggaknya ilmu yaa tergantung di lapangan. Yang penting para mama tahu dasar penerapannya seperti apa. Percayalah, praktik parenting itu nggak ada yang sama persis dengan indahnya teori. Apa yang saya ceritain ini juga belum tentu bisa sama persis dengan mama praktikkan ke anak-anaknya. Fleksibel aja. Lagi-lagi yang penting ilmunya udah tahu.

Kedua, niat 100%. Niat kuat maksudnya. Karena pada perjalanannya TT itu akan sangat menyita waktu, tenaga, pikiran, juga kesabaran, niat yang buled itu kudu dilakukan! Karena belum niat yang buled itu pulalah saya belum lolos menerapkan TT pada malam hari ke Riyadh. Ngerti kan ya maksudnya, ma? Ada aja alasan utuk tidak melakukannya. Heheheew -__-"

Ketiga, sounding sampai emaknya gumoh. Sounding is the key, maaams. Mau apa aja ke anak, bilang berulang kali ke anak. Kupernah baca artikel parenting, sugestikan segala sesuatu yang kita mau ke anak pada malam hari menjelang tidur. Karena pada kondisi ini si anak merasa rileks, penyampaian pesan mama pun lebih tenang, sehingga anak bisa lebih mudah menerima dan merekam pesan.

Keempat, stok sabar. Yaa namanya sama anak kecil yang belum tahu salah dan cuman tau semua ini mainan, menerapkan segala ina-itunya kudu zabaaarrr. Sabar, koentji oetama semua lini parenting. Itu teotri. Praktiknya, ku suka kelepasan juga si. Ahahahhaa :p

Salah satu yang dipersiapkan saat masa toilet training adalah potty training karena anak belum bisa menyesuaikan dengan jamban di rumah. Ini model potty training Riyadh. Beli yang murah aja, nggak pake lucu-lucuan. Kenyataannya anaknya nggak mau pakai potty! (dok. IKEA)

Lima, tenaga. Yeaaah selain mama persiapkan tenaga menemani si kecil bermain, mama juga harus siapin tenaga untuk bulak-balik ke kamar mandi pless mencuci pakaian lebih banyak lagi. Alhamdulillah nya si saya ada yang bantuin di rumah. Cuman tetep aja ya kalau si anak pup, masa mau tunggu si mbak yang besok siang baru dateng untuk mencuci celana dalamnya. Sipain tenaga, ma! Thesuperpowerofemak!

Selanjutnya, siapin potty training. Boleh yang lucu dan/atau mahal, boleh yang biasa aja. Yang penting, anaknya mau pake potty training. Kalau si Riyadh, sudah kubelikan potty training yang biasa aja. Emang dasar anaknya nggak mau pake, ya alhamdulillah ngejogrog aja di toilet. Belinya juga murah sih *mama menang!*

Ku nggak pakai clodi. Alasan utama karena ada yang nyuciin pakaian. Mwehehe. Selain itu, nanya-nanya sama temen, baiknya memang tidak pakai clodi. Biar aja si anak merasakan celana basah kalau pipis, eek nyeplos kalau tidak dilakukan di tempatnya.

Last but not least, konsisten siiist. Konsisten!

Mulai kapan toilet training (TT)

Bebaaaasss! Ada yang mulai dari 9 bulan, setahun, dua tahun. Tandanya yang penting, si anak dan ibu sudah SIAP! Kesiapan anak ditandai dengan sudah mengerti instruksi sederhana (seperti diminta menaruh pakaian kotor di keranjang, mengambil minum mama) dan mengutarakan keinginan sederhana mereka.

Kalau aku mulai TT pas Riyadh usia dua tahun karena anaknya sudah bisa bicara, punya kosa kata lebih banyak dan jelas, bisa mengutarakan keinginan, dan yang penting komunikasi dua arah lebih cakap.

Dulu waktu Riyadh setahun sama DSA suruh diperkenalkan TT. Perkenalan yaa, nggak ada target jadinya. Perkenalkan, ini toilet untuk pipis dan eek. Kubilangnya emang pipis dan eek ke Riyadh. Caranya gimana? Tiap bangun tidur, ajak anak ke kamar mandi, bukain pampers dan celana, suruh dia pipis. Kalau nggak pipis, semprotin air ke organ genitalnya. Kasih tau ini jamban, tempat pipis dan eek. Tapi ini tak kulakukan. Malaashhh! :)))

Urutan TT

Jadi, sehabis menyapih, kumulailah TT. Pikiranku, habis disapih, minumnya berkurang donk. Fyi, riyadh nggak ngedot. Ya udah, setiap pagi (bangun tidur) dari sebelum disapih memang selalu kubukakan celana dan pampersnya. Pikirannya kasian aja si pantatnya terkekang dalam pospak even more than 12 hours.

Ada yang bilang, mulai TT satu per satu. Ajari eek dulu, baru pipis karena gejala anak mau eek itu mudah sekali terdeteksi bukan? Kalau anak udah diem aja, ngeden, jongkok, ad ajuga yang pake mojok, berarti dia mau eek. Karena kutahu jadwal eeknya Riyadh, kumulai berbarengan. Toilet training eek dan pipis di waktu yang sama.

Riyadh biasa pup saat bangun tidur. Kuajaklah dia ke kamar mandi. Suruh nongkrong, tanyain mau eek apa nggak. Eek ya sukurrr, nggak yaa main aja dulu sebelum mandi di luar rumah. Main kotor-kotoranlah.

Baru-baru ini ku baru tahu mengakali posisi duduk anak yang nggak bawa pispot portable saat bepergian. Untuk jamban duduk, posisikan terbalik seperti ini. Jadi, mama nggak pegel pegang badan anak sambil nungguin dia buang hajat. (dok. Instagram Annisast)

Kalau di tengah-tengah acara main menimbulkan gelagat mau eek, segera bawa ke kamar mandi. Sekali dua kali nggak akan keluar memang saat anak berada di toilet. Tapi ajarin aja terus. Sounding terus. Sounding is the key!

Karena ku suka mandi bareng sama Riyadh, ya sekalian nyontohin aja. Pup dan pipis ya di jamban, bukan di mana-mana. Di rumah itu jamban-nya jongkok. Jadi, riyadh nggak mau pakai potty training. Melihat emaknya pup dan pee dalam posisi jongkok, ya sudahlah dia eek di lantai toilet. Paling nggak dekatkan anak ke lobangan air. Habis pup, siram, ngebuangnya juga lebih mudah. Secara buat jongkok di jamban belum nyampe-nyampe amat ye kan kaki anak usia dua tahun. Ya udah pokoknya tiap ada gelagat mau eek, aja ke kamar mandi.

Beda halnya sama pipis. Riyadh itu tipe yang nggak pipis melulu. Kuselalu tanya dia minimum sejam, mau pipis apa nggak? Awal-awal si dipaksa juga emang. Minimal sejam sekali anak diajak (read: digotong) ke toilet, paksa siruh pipis. Nggak keluar? Awal-awal emang iya. Lama-lama anaknya juga mau, ngeluarin, dan ngerti hasrat pipis.

Kalau anak udah mau pipis di toilet, berarti ada kemajuan. Polanya begitu terus. Setiap jam tanyain, mau pipis apa nggak. Kalau udah terlatih, dia akan bilang jujur dan mengerti sensasi mau pipis. Berikan juga kepercayaan padanya. Bilang, "Oke nanti kalau mau pipis, kasih tau Mama ya. Kita ke toilet".

Bahkan, si Riyadh jadi suka nahan pipis kalau lagi keasikan main. Kalau udah lebih dari 3 jam nggak mau pipis, kusuka paksa Riyadh ke toilet. Yaa diliat juga, minumnya banyak apa nggak secara aku dominan di rumah yang tahu kapan anak terakhir minum.

Begitu aja terus ritmenya. Pahami pola pup dan pee anak, kenalkan pada anak, kasih contoh, sering ajak anak ke kamar mandi untuk pup dan pee, percaya sama anak bahwa dia bisa cepet belajar. Jangan lakukan toilet training di saat anak sakit atau keluarga sering bepergian. Susah terapin konsistensinya. Kasih tau juga, eek dan pipis itu najis. Kotor. Kita nggak bisa sholat kalau pakaian kena eek dan pipis.

Karena kaki anak belum sepanjang kaki dewasa, otomatis mereka tidak bisa jongkok selayaknya orang dewasa. Untuk mensiasatinya, jongkokkan anak di bagian samping jamban. Jadi, mereka pup dan pee menghadap samping. 

Gimana dengan Praktik Toilet Training (TT) di Malam Hari?


Teorinya adalah setiap 3 jam mama/papa harus bangunkan anak ke kamar mandi untuk pipis. Bisa digendong atau ya jalan aja kalau anaknya mau berjalan.

Ku suka bangunin Riyadh buat pipis tiga jam setelah dia tidur atau sebangunnya aku. Kalau pas bangun dia udah ngompol, ya kulanjut tidur aja berarti. Wakkaaka. Kalau belum ngompol, bukain celana, bilang ke anaknya untuk pipis di toilet. Gendong anak ke dan dari toilet.

Anaknya nangis! Ya pastilaaah. Lagi enak-enak tidur disuruh pipis di toilet. Dingin juga 'kan kena air. Akan tetapi, hajar aja bu! Ada wktunya tega nggak tega ke anak. Bentar doang kok itu. Setelahnya juga dia tidur lagi. Ini Riyadh masih belum berhasil TT malam. Tapi ku pede aja lepas pospak kalau di rumah. Oh ya, di atas seprei kupakaian dia perlak.

Ringkasan dari Ibupedia tentang mensiasati anak yang punya kebiasaan ngompol.


Gimana Praktik Toilet Training (TT) di Luar Rumah?

Ku sotoy aja langsung nggak pakein pospak saat bepergian. Hanya pakai sempak dan celana. Ini tanda bahwa kita percaya juga ke anak. Anak nggak bingung pospak atau celana. Kemarin disuruh pipis di toilet. Sekarang kok dipakein pospak?

Kalau lagi ke mall, sampe di mall ajak anak pipis. Kalau mau pulang, ajak lagi. Kalau ke mall waktunya lama, setiap 2 jam kuajak Riyadh ke toilet. Balik lagi ke ritme pipis setiap anak ya.

Kalau di perjalanan gimana? Bawa botol atau gelas minum bekas. Kalau anak cowok si gampang ya. Langsung currr di botol. Kalau anak perempuan, kupernah baca bawa portable potty. Pispot dialasi plastik. Plastik langsung buang begitu terisi tinja. Ajak anak pipis juga saat tiba di tempat pemberhentian sementara.

Contoh portable potty. Cari aja di toko online mam banyak banget jenisnya. Warnanya puntak kalah uculnya.

Cara Ajarkan Anak Menahan Pipis 

Kan kalau di luar urmah kan suka pake antre ya ke kamar mandi. Orangtua jangan panik bila anak terdeteksi mau pipis atau eek! Bilang aja ke anaknya, "tahan, tahan, tahan pipisnya. Adek boleh pipis kalau udah di toilet". Ngomong pake nada datar. Thats what i do with riyadh and it works sampai sekarang. Ada plusnya juga kalau diomongon gini. Biasanya orang antrean di depan kita akan mempersilahkan duluan tuh. Mayan 'kan nyelak antrian :p

Kemarin pergi 10 hari, di mobil ya sedia botol bekas. Kalau dia mau pipis, saya bilang, "tahan, tahan, tahan dulu". Giliran posisi organ udah oke sama botol, baru bilang, "Oke, pipis". Beda sama bapaknya yang nggak ada ilmunya. Pipis anaknya ngucur ke mana-mana. Lol.

Riyadh Pernah Kebobolan?

Yaa pernah! Pada praktiknya nggak semudah teori-lah. Awal-awal suka kebobolan juga. Tau-tau udah ngucurrr. Sampe sekarang sesekali juga pernah. Kalau sekarang lebih dikarenakan anaknya males ke toilet. Keasikan main. Udah ada gelagat mau pipis, aku tawarin ke toilet. Anaknya nggak mau tapi tetep joget-joget kayak orang kebelet pipis. Kalau aku si ya biarin aja. Kalau pipis di lantai, suruh dia lap.

Di lain waktu, Riyadh pernah eek 2x di lantai rumah tetangga yang berbeda. Ya udah ajak anak ke kamar mandi untuk istinja. Lalu, ibunya bersihkan eek di rumah tetangga. Pernah juga Riyadh pipis di Lulu Hypermart, BSD. Wakkaakaa.

Jadi, abis kondangan udah diajak pipis. Pas di Lulu emang udah lebih dari 2 jam kayaknya, Riyadh nggak ku ajak pipis. Kupikir karena minumnya dikit juga kan. Yaa tiba-tiba dia currr aja gitu pas lagi digendong omnya. Kalau udah begini, bawa anaknya ke kamar mandi untuk istinja atau cebok. Ganti pakaiannyalah. Urusan air pipisnya, yaa bapaknya aja atau kasih tau petugas setempat.

Pernah juga si riyadh kebobolan karena emaknya panik. Riyadh udah kebelet banget mau pipis. Udah joget-joget dan toilet masih jauh. Begitu sampai di toilet, udah didudukkin, tapi celana belum kebuka sempurna wicis dia nggak bisa duduk sempurna di jamban duduk. Pas mau dicopot celananya, yaa udah pipislah doi di lantai toilet mall yang kering. Kenalah celananya. Nambah kerjaanlah petugas toilet. Tuh kan, kuncinya jangan panik, ma! *ngingetin diri sendiri*

Begitulah cerita perjalanan Riyadh dalam usaha mendisiplinkan pipis dan eek di kamar mandi. Ada cerita lain dari para mama di sini? Yuk, share!

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)