Test Drive Kompasiana-Datsun Ajarkan Aku Cara Hemat Berkendara

Assalaamu'alaikum..

Minggu (21/12) lalu jadi kesempatan pertama bagi saya untuk mengikuti kegiatan Kompasiana Test Drive. Sebenarnya event ini sudah dilaksanakan berkali-kali. Namun karena nggak bisa nyetir, saya urung ikutan. Ya sih, di event test drive sebelumnya Kompasiana juga menyediakan kursi peserta untuk penumpang. Hanya saja, kalau sekadar duduk sebagai penumpang, rasanya kurang greget gitu. Nggak bisa ngerasain tarikan mobilnya. *sotoy*

Saya memang baru bisa mengendarai mobil. Dibilang mahir juga belum. Hahahahaa.. Pokoknya masih terhitung bulanlah saya bisa mengemudikan mobil. Semenjak belajar kemudi hingga kini, saya selalu menggunakan mobil mini manual milik suami.

Saya juga nggak pernah diizinkan mengemudikan mobil besar yang ukurannya untuk keluarga. Mungkin mereka anggap, saya belum mahir mengemudi, feeling-nya belum dapat, dan terbiasa membawa mobil kecil yang memang gampang selap-selip.

Kompasiana Drive and Ride "Tantangan Hemat" bersama Kompas Otomotif. (dok. Kompasiana)

Namun, saya makin penasaran dengan kemampuan saya mengemudikan mobil merk lain. Ingin tahu seperti apa tarikannya, dudukannya, persneling-nya, cara pandang kemudinya, dan masih banyak lagi. Akhirnya saya memberanikan diri mengikuti Kompasiana Test Drive bersama Datsun, Minggu (21/12) lalu dengan 3 etape: Palmerah - Taman Budaya Sentul - Hotel Santika TMII- Palmerah.

Malam sebelum kegiatan, saya sempat browsing tips-tips mengemudikan mobil agar bahan bakar kedaraan irit. Hal yang paling saya ingat dari sumber yang dibaca, mainkan rpm (2000 - 3000 rpm) agar bahan bakar kendaraan irit. Saya justru tidak cari tahu tentang mobil Datsunnya. Agak dodol emang sebagai early driver. Yaa jujur.. Saya juga nggak mau stress memikirkan cara menyetir si Datsun. Whatever will be, will be-lah.

Dari undian yang dilakukan Admin Kompasiana, saya kebagian kelompok 2 yang beranggotakan Kang Harja Saputra dan Pak Masykur A. Baddal. Kami menaiki mobil nomer urut 01 Datsun Go+ Panca warna cokelat. Sementara itu, Mas Dony (salah seorang reporter Kompas.com Otomotif) turut mendampingi kami di mobil.

Tim 2 berpose di depan Datsun Go+ Panca warna cokelat (meski ketutupan). Ki-ka: Kang Harja, saya, Mas Iskandar (admin Kompasiana), dan Pak Masykur. (dok. Pak Masykur)
Mas Harja sebagai driver etape 1 (Palmerah-Taman Budaya Sentul). Pak Masykur di etape kedua (Taman Budaya Sentul - Hotel Santika TMII). Saya sendiri memilih untuk mengemudi di etape terakhir karena ketidaktahuan jalan dari kantor Kompas Gramedia menuju Taman Budaya di Sentul City juga dari Taman Budaya Sentul ke Hotel Santika TMII.

Ternyata pilihan saya salah. Justru di etape terakhir, panitia mengajak kami bermacet-macet ria di jalanan ibu kota. "Biar ngerasain iritnya Datsun pas macet", kata Mas Aris, redaktur Kompas.com Otomotif. Sya ampunnn saya langsung deg-degan pas tahu bakalan bermacet-macet ria di Jakarta pada Minggu sore. Pas juga giliran saya yang kemudi.

Sehabis makan siang di Hotel Santika TMII, Mas Aris sempat sharing kepada peserta tentang tips berkendara irit bahan bakar dalam menembus kemacetan Jakarta. Khusus untuk mobil Datsun, usahakan main di rpm 2000 (maksimal). Rasakan benar tarikan gasnya. Injak gas dengan sabar, bukan dihentak, agar speedometer naik perlahan. Lainnya, pengemudi diminta menyesuaikan persneling dengan kemampuan laju.

Datsun Go+ Panca yang saya dan teman-teman tunggangi saat Kompasiana Drive and Ride "Tantangan Hemat" bersama Kompas Otomotif. (dok. pribadi)
Misalnya, pada saat menjalankan mobil setelah lampu merah, gunakan persneling 1, bukan 2. Karena mobil akan lebih banyak mengeluarkan tenaga juga bahan bakar. Mas Aris juga menjelaskan dari segi mesin bekerja. Penyebutan torsi, gesekan mesin, roda berputar, rem, masukkin gigi, pokoknya semuanya bikin saya tambah stres. Deg-degan parah! Soalnya saya nggak ngerti bahasa mesin mobil. Lah wong saya sejalan-jalannya juga senyaman-nyamannya aja selama kemudi. Duh!

Akhirnya saya coba menenangkan diri. Okay, kunci mengendarai mobil hanya fokus dan pede. Setelah anggota tim 2 masuk ke dalam mobil, saya siap kemudikan Datsun Go+ Panca dari Hotel Santika TMII menuju Palmerah dengan menembus kemacetan Jakarta. Kang Harja menjadi co-driver.

Saya kenalan dulu sama si Datsun ini. Saya rasakan benar-benar gas dan remnya. Perlahan saya injak gas dan lepas kopling. Oooh bener. Gasnya halus sekali. Cukup diinjek sedikit juga sudah jalan mobilnya. Hal ini berbeda dengan mobil yang biasa saya kemudi, nginjak gasnya agak dalam biar jalan.

Dashboard Datsun Go+ Panca. (dok. pribadi)
Kebalikan dari gas, justru rem Datsun agak dalam. Terkait tips berkendara hemat, Mas Aris bilang, usahakan jika ingin berhenti, pengemudi sudah injak rem sedikit demi sedikit dari jarak jauh. Nginjak rem mendadak atau berhenti mendadak bisa bikin boros bahan bakar kendaraan. "Oooh begini maksudnya si Datsun. Pantas dibilang mobil irit. Sistemnya saja memang sudah dibuat irit", kata saya dalam hati kala itu.

Sejauh perjalanan keluar dari TMII, semuanya berlangsung mulus. Saya berusaha mengemudi dengan baik. Sebenarnya di dalam otak saya terus memikirkan, bagimana cara bikin penumpang ini nyaman dikemudikan oleh saya. Maklum, ini pertama kali saya bawa penumpang yang bukan anggota keluarga. Juga pertama kali kemudi mobil selain yang biasa saya kemudikan.

Akhirnya saya mulai nyaman dengan Datsun. Persnelingnya saya rasa tidak keras. Hanya saja, posisi rem tangannya yang bikin saya kagok. Daripada kagok, mending saya injak rem aja saat mobil berhenti.

Sebenarnya emang udah bawaan saya si saat kemudi, injak remnya pada jarak dekat ingin berhenti. Nah, Kang Harja ini orangnya refleks, selalu mengingatkan saya (juga Pak Masykur) untuk menginjak rem pada saat mobil ingin berhenti atau terdapat halangan di sekitar kami. "Rem, rem rem!", ujarnya mengingatkan. Namun sayangnya, faktor terlalu fokus ditambah dengan "rem, rem rem" ala Kang Harja ini, justru menambah kepanikan saya saat kemudi. *piss Kang Harjaaaa :)*

Alhamdulillah jalanan di Minggu sore kala itu tidak terlalu macet. Dalam waktu kurang dari satu jam, saya berhasil menyelesaikan etape ketiga dengan kondisi tegang. Hahahahaa.. Maklum pemula. Kami tiba di gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat sekitar pukul 15.00 WIB.

Karena test drive kali ini ada kompetisi berkendara hemat, kelompok kami mendapatkan juara ketiga untuk kategori mobil Datsun Go+ Panca dengan hasil akhir 15,3 kpl (kilometer per liter). Meski demikian, saya senang mengikuti kegiatan ini. Wawasan saya tentang berkendara irit, khususnya mobil jadi bertambah. Teori-teori njlimet yang diceritakan Mas Aris di Hotel Santika TMII lebih mudah saat saya praktikkan.

Kang Harja mewakili kelompok 2 saat menerima hadiah juara ketiga kompetisi "Tantangan Hemat" Kompasiana Drive and Ride bersama Kompas Otomotif. (dok. pribadi)
Merasakan Nuansa Indonesia di Hotel Santika TMII

Salah satu tempat pemberhentian pada saat test drive Kompasiana bersama Datsun adalah Hotel Santika TMII. Hotel yang terletak di wilayah timur Jakarta ini tampak mewah dari halaman muka.

Memasuki Hotel Santika TMII, Anda akan disambut oleh seorang pramuwisma yang sangat ramah. begitu Anda masuk, langsung terlihat jajaran petugas front office yang ramah dan siap melayani tetamunya 24 jam nonstop.

Sebelah kiri lobi ada aula-aula, tempat berlangsungnya pesta pernikahan atau rapat-rapat perusahaan. Sementara itu, sebelah kanan lobi, ada ruang tunggu. Di belakang ruang tunggu terdapat restoran Hotel Santika TMII yang bernama Restoran Krakatau. Di sinilah peserta test drive Kompasiana dan Datsun santap siang dengan nikmat.

Kemegahan Hotel Santika TMII di malam hari. (dok. Santika)

Ada menu apa saja di sana? Tidak ada menu tetap yang diberlakukan Hotel Santika TMII. Hal ini untuk menghindari kejenuhan tetamunya. Yang menjadi titik utama pelayanan Hotel Santika TMII adalah cita rasa Indonesia. hal itu juga diwujudkan dalam berbagai menu yang disediakannya.

Siang itu, para Kompasianer disediakan berbagai macam menu, mulai dari salad sebagai makanan pembuka. Lalu ada bakso juga nasi rames. Sementara menu prasmanannya terdiri dari nasi putih, nasi goreng, bihun goreng, ikan pesmol, ayam, tumis pokcay, asinan, kerupuk, dan sup ayam. Ada pula berbagai sajian penutup, yakni puding dan aneka jajan pasar yang telah dimodifikasi. Untuk minuman, Hotel Santika TMII menyediakan jus jeruk dan es pacar cina. Jika hanya sekadar ingin santap tanpa menginap, Anda sudah bisa menikmati berbagi menu di Restoran Krakatau Hotel Santika TMII dengan membayar Rp 150.000 per orang.

Mas Aris (Editor Kompas Otomotif), MAs Ridwan (Assiten Manager F&B Hotel Santika TMII), Kevin (Admin Kompasiana) saat sharing seputar Hotel Santika TMII. (dok. Gapey Sandy)

Apa lagi keistimewaan dari Hotel Santika TMII? Ada beberapa fasilitas menarik Hotel Santika TMII yang tidak dimiliki hotel lain untuk tetamunya. Berdasarkan penuturan Mas Ridwan, Asisten Manager Food and Beverage Hotel Santika TMII, setiap hari mereka memberikan suguhan yang berbeda.

Hari Minggu misalnya, mereka menampilkan permainan alat musik tradisional Indonesia, yakni kecapi dan saron di lounge hotel. Kalau hari Senin, Hotel Santika TMII mencoba memberi ruang kepada pengunjungnya yang senang menyanyi. Ada acara “Let’s Sing On Monday” yang digelar pada setiap Senin malam, pukul 19.00 hingga 22.30 WIB. Sementara hari Rabu ada live acoustic.

Untuk menyambut malam tahun baru 2015, hotel bintang tiga yang memiliki total kamar sebanayak123 kamar ini akan mengadakan pesta rakyat di malam tahun baru. Kenapa pesta rakyat? Masih mengusung keindonesaiaan, Hotel Santika TMII ingin mengajak partisipan untuk kembali merasakan keindonesiaan di tengah arus modernisasi.

The sweety dessert from Hotel santika TMII. Bawannya pengen makan aja! :p (dok. pribadi)

Khusus promo tahun baru, harga per malam mulai dari Rp 1,5 juta (tipe superior rooom) termasuk gala dinner, sarapan untuk 2 orang, dan special acara di malam tahun baru. Acaranya juga akan diramaikan oleh badut berkostum nusantara, pertunjukkan sulap, dan live performance dari band lokal.

Mungkin Anda berminat untuk menghabiskan malam tahun baru bersama Hotel Santika TMII? ;)

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)