Sahabat.. Orangtua mana sih yang nggak sayang sama anaknya? Selagi sehat saja sang anak diperhatikan betul kondisinya agar tidak celaka juga tidak mudah jatuh sakit. Hmm, apalagi kalau si anak sakit, ya? Pasti yang snewen orangtuanya.
Meski demikian, apa perlu orangtua jadi panik banget saat mendengar si anak sakit, meskipun hanya demam? Kenyataanya memang seperti itu. Selagi suhu tubuh anak di atas suhu manusia normal, para orangtua cenderung panik. Demam tampaknya sudah menjadi fobia di kalangan banyak orangtua.
Kalau sudah panik, orangtua cenderung segera membawa anak ke dokter dan minta diberikan obat penurun panas. Tak jarang juga, orangtua langsung memberikan obat penurun panas yang tersedia di pasaran. Bahkan, dosis obat penurun panas yang diberikan orangtua bisa berlebih. Nah lho!
Meski saya belum dikaruniai keturunan, beberapa hari yang lalu (Minggu, 21/9/2014) saya berkesempatan mengikuti seminar kesehatan anak tentang demam, kebersihan mulut dan gigi, serta pentingnya imunisasi.
Yang saya bahas dalam tulisan ini adalah topik demam. Jadi buibu... Sebenarnya, demam itu teman atau lawan sih untuk orangtua dan anak? Yuk, baca rangkumannya. Materi seminar sendiri disampaikan oleh dr. Vina Karina Apriyani dalam seminar yang diselenggarakan oleh Program Edukasi Kesehatan Anak untuk Orangtua (Pesat) Jakarta (@pesat15jkt).
Buku Panduan Kesehatan Anak untuk Pesat15Jkt Sesi II |
DEMAM
Yup, sebelum mengulik tentang demam, kita harus tahu dulu nih apa itu demam. Demam adalah respon yang diberikan tubuh saat terdapat infeksi dalam tubuh.
"Demam adalah alarm adanya zat asing dalam tubuh", kata dokter Vina membuka sesi presentasi.
Demam, lanjut ibu dua anak ini, juga merupakan cara tubuh meningkatkan sel darah putih yang bertujuan membunuh sumber infeksi, bisa berupa bakteri ataupun virus. Jadi, hal pertama yang orangtua lakukaan saat tahu anaknya demam adalah mencari sumber infeksi.
Sebagian besar penyebab demam diakibatkan oleh virus (bersifat self-imitating, bisa sembuh sendiri), hanya sebagian kecil lainnya yang disebabkan oleh bakteri dan membutuhkan penanganan khusus. Pada intinya, demam merupakan proses alami begitu ada "makhluk asing" masuk ke dalam tubuh.
Kapan seseorang dikatakan demam? Berdasarkan Kaiser Permanente Appointment and Advice Call Centre, seseorang dikatakan demam bila suhu pengukuran pada rektal (dubur) mencapai >38 derajat Celcius atau >37,5 derajat Celcius pada aksila (ketiak) atau >38,2 derajat Celcius pada membran timpani (telinga). Beberapa definisi juga menyatakan bila suhu tubuh >1 derajat Celcius dari rerata suhu tubuh normal.
Apa Efek dari Demam?
Selain upaya tubuh meningkatkan sel darah putih agar kebal terhadap infeksi, demam juga memiliki sisi negatif, yakni bisa mengakibatkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi):
- tidak buang air kecil lebih dari 6-8 jam,
- air kencing berwarna keruh dan pekat,
- bibir kering dan pecah-pecah,
- saat menangis tidak keluar air mata,
- mata cekung,
- anak loyo, lemas, tidak berdaya,
- cubitan kulit perut keriput (tidak kembali seperti semula)
sumber: www.helpwevegotkids.com |
Lantas, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua Bila Anak Demam? Harus Diturunkan atau Dibiarkan?
Eits, jangan buru-buru menjawab dibawa ke dokter atau kasih obat penurun panas! Kenyataanya, tidak semua demam harus segera diberikan obat. Orangtua harus observasi dulu sejauh mana dampak demam yang dialami si anak. Perhatikan hal-hal berikut ini, ya..
- Apakah anak masih mau bermain dan beraktivitas?
- Apakah anak masih mau minum?
- Apakah anak masih sadar/bisa dibangunkan?
- Apakah warna kulit anak normal (merah muda)?
- Jika dilihat secara keseluruhan, Apakah anak masih baik-baik saja?
Jika semua poin di atas masih tampak baik atau bagus, orangtua tidak perlu khawatir. Biarkan saja si anak hingga demamnya turun sendiri.
Orangtua perlu membawa anak ke dokter jika:
- bayi <3 bulan dengan suhu >37,9 derajat Celcius,
- bayi 3-6 bulan denagn suhu >38,3 derajat Celcius,
- anak >6 bulan dengan subu >39,4 derajat Celcius,
- demam menetap >72 jam tanpa gejala lain,
- anak tidak mau makan/minum, dehidrasi, rewell, menangis kuat terus menerus, kejang, sulit dibangunkan/cenderung mengantuk, sesak nafas, muntah-diare, sakit kepala berat.
Perhatikan juga bila suhu tubuh anak sudah mencapai lebih dari 41,1 derajat Celcius (hiperpireksia). Orangtua harus segera membawa anak ke dokter. Hiperpireksia bisa merubah metabolisme, fisiologi, dan kerusakan saraf pusat anak. Anak kerap tampak gelisah, nyeri kepala, pusing, kejang, hingga tak sadarkan diri,
Aturan Penggunaan Obat Penurun Demam
National Institute for Health and Cliniccal Excellence (NICE) merekomendasikan, antipiretik (obat penurun demam) boleh diberikan BILA anak demam disertai dengan sikap gelisah, rewel, tidak bisa tidur, tidak mau makan juga minum. Antipiretik tidak diberikan rutin pada semua kasus demam, apalagi hanya dengan alasan menurunkan demam pada anak yang tampilannya tidak berat.
"Antipiretik tidak menyembuhkan, tetapi membuat anak lebih nyaman", kata dokter yang berniat mengambil spesialis anak.
Hanya ada dua antipiretik yang direkomendasikan untuk anak, parasetamol dan ibuprofen. Mereka hadir dalam berbagai macam merk dagang. Aspirin dan metamizol (antalgin) tidak lagi direkomendasikan karena efek samping yang lebih besar.
Berapa dosis yang diberikan ke anak? Yuk, lihat tabel.
Tabel perbandingan dosis parasetamol dan ibuprofen *abaikan angka 80-120 mg. Hihihii itu hanya coret-coretan soal saja* |
Oh ya.. supaya memudahkan dalam praktik keseharian, di kesempatan tersebut peserta diajarkan juga loh bagaimana menghitung dosis anak demam. Nih, ya contoh kasusnya..
Question:
Seorang anak dengan berat badan 15 kilogram diketahui suhu tubuhnya mencapai 39,7 derajat Celcius. Berapa dosis parasetamol yang harus diberikan ke anak untuk menurunkan suhu tubuhnya? (diektahui ukuran sendok takar sebuah merk obat parasetamol adalah 120 mg/5 ml)
Answer:
Berdasarkan tabel di atas, dosis parasetamol yang diberikan ke anak adalah 10-15 mg/kg setiap 4 jam. Karena berat anak 15 kilogram, dosis yang diberikan ke anak adalah 150-225 mg setiap 4 jam. Berapa ml sendok takar yang diberikan? Satu sendok takar mengandung 120 mg/5 ml atau sama dengan 24 mg/ml. Karena dosisnya mencapai 150-225 mg, maka takaran yang diberikan mencapai 6,25 - 9 ml. Kenyataannya, sendok takar tidak menyediakan takran sedetail itu. Biasanya hanya tertera angka 2,5 ml, 5 ml, 7,5 ml, dst. Orang awam cenderung sulit menerka-nerka takaran dalam setiap ml pada sendok takaran. Jadi, untuk memudahkannya, berikan saja dosis parasetamol 7,5 ml ke anak. Toh, ini juga tidak overdosis karena masih dalam rentang 6,25 - 9 ml.
KEJANG DEMAM
Salah satu momok akibat demam yang ditakuti para orangtua adalah kejang. Demam tinggi pasti menimbulkan kejang (kejang demam) pada anak, begitulah mitos yang beredar. Padahal, tidak semua demam tinggi berakibat kejang. Hanya anak dengan gen tertentu yang bisa kejang demam. Selain itu, dengan adanya kejang demam, orangtua juga khawatir bila di kemudian hari anak akan mengalami epilepsi dan penurunan kemampuan intelegensia.
Apa sih kejang demam? Berdasarkan Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi usia 3 bulan hingga 5 tahun.
Tambahan dari dokter Vina, bila kejang demam sering terjadi pada anak dengan usia <3 bulan, ada kemungkinan anak mengalami meningitis. Sementara kejanrg demam yang sering terjadi pada anak usia >7 tahun, anak biasanya menderita epilepsi.
National Collaborative Perinatal mengklasifikasikan demam menjadi dua: kejang demam sederhana (lama kejang <15 menit dan kejang demam hanya terjadi dalam 1x24 jam) dan kejang demam kompleks (lama kejang demam >15 menit, terjadi pada sebagian atau satu sisi tubuh, terjadi lebih dari sekali dalam 1x24 jam).
Apa yang Dilakukan Bila Anak Demam?
Pertama, orangtua tidak perlu panik sebab kepanikan bisa membuat orangtua sulit berpikir. Begitu anak kejang demam, pastikan kalau jalan napas tetap terbuka. Longgarkan semua pakaian yang menempel pada anak. Miringkan tubuh si anak untuk mencegah risiko aspirasi atau tersedak. Setelah kejang berhenti, anak dapat dibawa ke dokter untuk didiagnosa lebih lanjut.
Bila anak sering kejang demam sederhana, biasanya orangtua sudah menyimpan obat kejang demam di dalam kulkas, bernama diazepam. Diazepan dapat diberikan lewat rektal dengan dosis 5 mg bila BB <10 kg dan dosisi 10 mg bila BB >10 kg. Pemberian diazepam rektal aman dan efektif, sehingga bisa dilakuakn oleh orangtua di rumah. Pemberian diazepam hanya dilakukan pada saat anak kejang demam sebab antipiretik ini tidak bisa mncegah kejang demam.
Mitos Seputar Kejang Demam
Kita sering mendengar mitos, saat anak demam, orangtua diminta memasukkan sendok ke dalam mulut anak. Tujuannya, mencegah anak menggigit lidah. Orangtua khawatir, lidah anak putus karena tergigit saat kejang demam. Faktanya, tidak ada cerita lidah manusia putus akibat kegigit saat kejang demam. Jadi, mitos ini TIDAK BENAR, yah sahabat :)
Selain itu, kita juga kerap mendengar mitos pemberian kopi untuk anak yang sering kejang demam. Benarkah demikian? Dokter Vina menjawab, "Orang dewasa saja kalau diberikan kopi suka kembung. Bagaimana dengan anak-anak yang memang belum masanya?" Hhm, lagi-lgi mitos ini TIDAK BENAR :)
Pada anak yang sering kejang demam sederhana, banyak penelitian yang menunjukkan TIDAK ADA penurunan intelegensia di kemudian hari.
Ilah seluk-beluk tetang demam. ItuMudah-mudahan dari apa yang saya tulis di atas, kita semua jadi lebih paham tentang demam itu sendiri. Tak pelru panik lagi sebab kita sudah tahu celah mengatasinya. Yuk, jadi orangtua yang smart! Jangan seidkit-dikit anak dikasih obat. Kita juga harus tahu ilmunya.
dr. Vina Karina Apriyani saat mnejelaskan tetang seluk-beluk demam. |
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)