"One Day with Parent", Bikin Prakarya dari Koran Bekas bersama Keponakan

Assalaamu'alaikum... Kali ini saya mau cerita tentang kehidupan saya bersama keponakan. Mungkin ibaratnya ini "latihan" menjadi orangtua. Halah :p

Jadi gini, Selasa (29/4) secara mendadak kakak-kakak sibuk nge-booking saya buat nemenin anak mereka dalam acara One Day with Parent di sekolah. Kebetulan dua keponakan saya ini berada dalam satu sekolah, hanya grade aja yang berbeda. Jadi, program One Day with Parent ini adalah program serentak dari sekolah dua keponakan saya itu.

Namanya aja one day with parent, artinya pihak sekolah sengaja membuat program agar orangtua murid sengaja meluangkan waktunya SEHARI saja bersama anak mereka untuk membuat prakarya di sekolah. Anak dan orangtua dilihat kekompakan dan kerapihan mereka dari prakarya yang dihasilkan. Lalu, prakarya ini dinilai oleh masing-masing wali murid.

Sayangnya, akibat kesibukan orangtua masa kini pula dalam mencari nafkah, mereka juga tidak sempat mengambil cuti untuk acara One Day with Parent ini. Jadilah saya, si tante yang belum ada aktivitas yang berarti, ditugaskan untuk menemani mereka. Karen tubuh saya cuman satu, bukan dua seperti protozoa, saya lebih memilih menemani keponakan saya yang baru kelas 2. 

Malam sebelum hari H, saya di-brief sama abang kalau keponakan saya diberi tugas untuk membuat prakarya dari kertas bekas, either itu koran atau majalah. Berhubung pemberitahuannya juga mendadakcotcom, saya udah males browsing tentang prakarya apa yang akan kami buat besok. Akhirnya, kami sepakat membuat keranjang dari koran. Saya diminta membawa semua peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan.

Keesokan harinya, saya berangkat dengan waktu yang mepet. Biasalah, saya kelamaan leyeh-leyeh di rumah. Hehehe.. Saya baru berangkat ke pasar jam 08.00 WIB. Lalu, saya makan, mandi, dan siap-siap. Saya berangkat ke sekolah keponakan pukul 09.30 WIB wicis lokasi sekolahnya pun belum saya ketahui sama sekali. Dengan memacu motor dengan cepat dan mengandalkan rute yang diberikan abang saya, saya tiba di sekolah pukul 10.00 WIB. PAS!

Setibanya di kelas, sang guru baru saja memberikan aba-aba untuk memulai kegiatan. Eng ing eeeng, mulai deg-degan lah saya yang bertugas bak ibu saat itu.

Jiper pun dimulai. Saya melihat beberapa orangtua (ibu) teman-teman keponakan sudah menyiapkan "peluru-peluru" agar prakarya ini cepat selesai. Yang mau membuat keranjang seperti awal mula rencana kami, ada ibu yang sudah menyiapkan berpuluh-puluh pulungan kertas yang kecil. Yang mau membuat gelas dari koran, sudah menyiapkan sobekan-sobekan kertas untuk ditempel di koran. Yang mau membuat bola dunia, kertasnya juga sudah dibentuk seperti bola dari rumah! ARGH, sebel juga sih ngeliatnya. Kenapa mereka pake persiapan dari rumah sih? Harusnya segala sesuatunya dibuat di tempat dan hari itu juga bersama sang anak, bukan? >,<

Keranjang dari koran, rencana prakarya saya bersama keponakan di One Day with Parent 

Akhirnya saya mulai mencoba pulung-pulung kertas. Sesuai rencana awal, kami akan membuat keranjang dari koran. Tahukah kamu, ternyata memulung-mulung kertas itu susah kawan jika tanpa alat bantu! Pulungan kertas yang saya dan keponakan hasilkan selalu berukuran besar, tidak bisa kecil-halus seperti ibu tetangga itu. Kami hanya mengandalakan tangan, tanpa bantuan sebatang lidi.

ROAR! Saya mulai panik dan frustasi. Saya membayangkan, kalau pulung-pulung kertas aja susah, apalagi harus menganyam hingga menghasilkan keranjang dari kertas? Sepertinya itu akan menjadi proses yang sulit bagi saya tanpa ada persiapan matang (read: membawa puluhan pulungan kertas dari rumah).

Akhirnya saya menyempatkan diri untuk tanya pada Mbah Google. Saya harus mencari ide lain yang lebih sederhana lagi dengan cara yang mudah, cepat selesai, dan bahan seadanya (koran, gunting, lem). TARAAAAA.. dalam semenit saya langsung menemukan ide baru dari Google. Yup, kami akan membuat bingkai foto dari koran!

Harusnya sih membuat bingkai foto ini pakai kardus agar bingkai dapat berdiri kokoh. Namun, berhubung keterbatasan bahan, saya eliminasi saja bahan-bahan yang memang bisa tidak diikutsertakan. Jadilah saya bekerja ekstra untuk menghasilkan puluhan pulungan kertas yang kecil, rapi, dan enak dilihat.

Saya pun dibuat bingung lagi. Dari mana saya mendapatkan fotonya yah untuk mengisi ruang foto di bingkai? Kami tidak membawa contoh foto dengan ukuran yang besar pula. Secepat kilat ide datang. Saya bisa gunakan foto yang menjadi headline koran. Ini dikarekan ukuran foto tersebut lebih besar dan sangat menarik perhatian pembaca.

Alhamdulillah (lagi) pertolongan datang. Dari beberapa tumpuk koran yang sudah disiapkan, ada satu foto yang menggambarkan penuhnya kolam renang akibat liburan anak sekolah. Yup, foto ini sangat menarik. Dengan warna yang cerah (dominan biru karena kolam renang), ukuran yang besar, dan sangat menggambarkan aktifitas anak (bermain dan berenang), saya langsung mengguntung dan meletakkan di pusat bingkai foto yang akan dibuat.

Karena bukan pekerjaan yang disenangi, saya sempet gemes dan bosan rasanya memulung-mulung kertas. Keponakan saya mencoba membantu, tapi pulungan kertas yang diihasilkan besar-besar dan tidak rapi. Akhirnya keponakan saya lebih sibuk berinteraksi dengan teman-temannya, "kamu buat apa?, "ihhh.. bagus uatan kamu!", "aku buat biingkai foto". Makin sebel rasanya saat mendengar keponakan saya memuji pekerjaan temannya -____-"

Sekolah memberikan waktu  2 jam kepada murid dan orangtua untuk membuat prakarya. Sementara itu, saya hanya punya sisa waktu 1,5 jam saja untuk menyelesaikan ini akibat perubahan model prakarya. Sambil rada emosi dan frustasi, sambil tetap minta keponakan untuk berusaha membantu, saya terus membuat pulungan kertas. Yang lebih membuat saya panik lagi saat satu jam pertama sudah banyak orangtua dan murid yang menyelesaikan prakarya mereka, lalu pulang ke rumah.

Waktu terus berjalan. Lima belas menit sebelum waktu berakhir, ruang kosong untuk polungan kertas tinggal beberapa sentimeter saja yang harus diisi. Argh, saya semakin tidak sabaran rasanya! Bantuan pun datang. Orangtua murid yang sempat membuat saya jiper di awal kegiatan (karena persiapan puluhan pulungan kertasnya), dengan baik hati memberikan sisa puluhan pulungan kertas kepada saya. Yaa, rada beda juga sih ukuran pulungannya. Tak apalah, yang penting cepat selesai, pikir saya kala itu. 

Dengan menumpuk pulungan-pulungan kertas yang diberikan orangtua teman keponakan, akhirnya saya dan keponakan berhasil menyelesaikan prakarya membuat bingkai foto dari koran bekas! Setelah melihat hasilnya, puas juga rasanya hati ini. Ternyata bisa juga saya berkreasi meski idenya nyontek. Wkwkkwkw..


Ini dia bingkai foto dari koran bekas yang kami buat. Urusan menang atau kalah, itu belakangan. Yang penting, keponakan saya terselamatkan di acara One Day with Parent :')


Seselesainya kegiatan prakarya, kami pun langsung pulang dengan perasaan hati (saya) yang lega. Thanks to mbah Google yang udah menolong saya dari keadaan kepepet. Mudah-mudahan keponakan saya senang dan ingat selalu *lebay*

Yang mau tau cara buat bingkai foto dari koran, bisa cek kangkah-langkahnya di sini.



Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)