Our First Lebaran: "Udah isi Belum?"

Yup, assalaamu'alaikum waroohmatulloohi wa barakatuh..
Happy Iedul Fitri 1434 Hijriyah. Mohon maaf lahir dan batin.
Taqobbalalloohu minnaa waminkum, taqobbal yaa kariim.
Semoga puasa ini membawa pengaruh ke sebelas bulan kehidupan kita kemudian untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa, aamiin.
Better late than never ya ucapan Happy Ied dari saya  :)

Okay, tahun ini adalah tahun pertama bagi saya berlebaran bersama suami. Yup, sebagai pengantin baru yang belum memiliki rumah tetap, yaa masih bulak-balik saja antara rumah Mamah (sebutan ibu untuk orangtua kandung) dan nyanya (sebutan ibu untuk mertua). Nah, di tahun ini saya diajak berlebaran di rumah mertua. Satu malam sebelum takbiran, suami telah mengajak saya untuk berkemas. Yaa mendadakdotcom memang, tapi ya sudahlah diturti saja. Selesai menyelesaikam pekerjaan rumah saya aka. menyetrika, malam itu juga saya langsung menuju rumah nyanya di gang seberang. Iyeee, gang se-be-rang!


Esok harinya, alhamdulillah saya bisa menjalankan shalat Idul Fitri. Sebelas hari sebelumnya, saya tidak puasa karena kedatangan tamu bulanan. Namun, alhamdulillah. Begitu H-1, sudah bersih. Saya pun bisa melanjutkan sehari puasa, lalu berlebaran ria.

Sebagaimana yang telah saya sampaikan dalam postingan sebelumnya, saya amat sedih dengan ditiggalnya bulan Ramadhan. Saya merasa tidak maksimal beribadah di bulan super baik itu. Ngaji tidak khatam, sholat malam hanya beberapa kali, bahkan emosi ini terkadang tidak terkendali dengan baik. Oh Allah, yang Maha Mengatur, terimalah segala amal ibadah hamba: shalat hamba, dzikir hamba, sedekah hamba, zakat hamba, shalat malam hamba. Pertemukanlah hamba bersama keluarga besar hamba yang lengkap di Ramadhan berikutnya, amiin yaa Robbal 'aalamiin.

Tak banyak yang saya bisa lakukan juga di rumah mertua saya. Pagi hari 29 Ramadhan, saya hanya membantu menyetrika dan membersihkan sebagian rumahnya. Yaa menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi saya. Setelah itu, membantu mertua di dapur. Cuman sebentar, sih. Karena selanjutnya saya mendapat telepon dari suami. Ia menawarkan saya untuk pergi ke salon, bersih-bersih. Ahaaaa! Saya suka tawaran ini! ;)

Berlebaran di rumah mertua saya amat sibuk, stiap detik, ada saja tamu yang datang. Maklum, bapak mertua saya adalah salah satu tokoh terkemuka di tempat tinggal kami. Jadi, selain sanak saudara dan kerabat yang memang sudah banyak banget, datang pula teman, mantan tetangga, murid ngaji mertua saya. Bahkan, di hari pertama Lebaran ini, untuk update media sosial pun saya tidak sempat. Hiks.. hiks.. Yaa berhubung keluarga mertua saya juga tidak narsis, maka tidak ada dokumentasi sedikitpun di hari pertama lebaran.

"Udah isi belum?"

Lalu, bagaimana dengan lebaran bersama sanak saudara juga kerabat? Aaah derita pengantin baru yang belum hamil, ditanyain terus soal peyuuuutt >< Oke, itu tidak masalah kalau hanya sekadar nanya, "Udah isi belum?" Wajar, pengantin baru jadi orang kepengen tauuuu aja. Saya bisa memakluminya, Namun, yang nggak sanggup saya denger itu kalau statement sampai melebar, misal "Cepet-cepet dong Nis punya anak!", "Tarikannya kurang nih", atau hal-hal sejenisnya. Bahkan, ada satu kalimat yang saya inget banget dari siapa kalimat itu keluar karena saya begitu tertoroh akan pertanyaannya!

Jadi, seperti biasa saudari ayah mertua saya datang, lalu menanyakan perut saya. Sambil tersenyum, saya jawab, "Belum, Nyak." Lantas, dengan entengnya dia menyahut lagi, "Lah kok belom? Kan udah lama banget? Biasanya anak-anak sekarang cepet-cepet bener". Saya yang kebetulan kala itu lagi sensitif atau emang lagi nggak bisa dibercandain kalau udah soal gini-ginian, langsung berlalu ke dapur sambil berucap "Emang mau ke mana sih buru-buru?"-menangis-sambil nenangin diri-sendirian. Fortunately, no one knows.

Ingin rasanya saat itu, saya bilang "SO WHAT GITU, LHO kalau belum? Emangnya gue yang atur semuanya?" Raaawrr!

Ternyata tak semudah apa yang dokter saya katakan. Saya tetap menjawab begitu mereka bertanya, "Udah isi belum?". Sepertinya kalau jawabannya hanya senyum, itu bermakna ganda, bisa iya bisa juga belum. Baru-baru ini suami saya mengajarkan, kalau ditanya, jawab aja, "Doain aja biar cepet. Habis itu selesai urusan. Mereka nggak akan nanya-nanya kita lagi. Yang ada mereka akan ngedoain kita. Ini kasusnya sama sewaktu abang belum nikah dulu. Nanti kalau kamu jawaba 'belum', yaa orang-orang pasti akan berlanjut komentarnya. Nanti yang ada, kamu malah enggak mau ketemu orang". Well, yeah itu hampir benar. Saya malas bertemu orang, lalu menanyakan, "Udah isi belum? and so and so and so.."

Akhirnya sekarang saya lebih senang menumpahkan kekesalan ini ke status media sosial :(

1 komentar

  1. Sama bgt nih..hihihii, aku juga suka naik darah klo ditanya isi blum hrheee

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)