My Job, Marriage, and My Future

Saya masih belum memiliki kepastian tentang masa depan saya saat ini. Agak dodol emang. Udah umur segini masih belum thu ke depan mau seperti apa. Well, dalam waktu dekat, saya memang berencana akan menikah meski belum ada omongan serius lagi di antara dua keluarga. However, saya berharap jika memang berjodoh, mudah-mudahan Engkau melancarkan hajat kami, aamiin..

Senin (6/8/2012) lalu, saya bertemu dengan salah satu karyawan HRD di kantor saya. As you know that a few months ago, I was became an online journalist, just for a month. Lalu, dia bertanya ke saya, "Gimana di lapangan, Nis? Enak nggak? Mau ngelanjutin jadi jurnalis selamanya nggak?" Oke, tak dapat dipungkiri memang, menjadi jurnalis itu sungguh mengasyikkan bagi mereka yang seneng bekerja di lapangan. Dan saat itu saya sangat menikmatinya even ada keluhan pastinya (badan capek booo'. Kehidupan di motor terus dan jalanan). Namun, jika berfikir untuk menjadikan jurnalis online sebagai profesi, apalagi untuk rubrik buser, saya tidak mau. Kenapa?




Pada dasarnya yang namanya dunia online adalah dunia yang dituntut 24 jam sehari penuh, 7 hari dalam seminggu. Sebagai seorang jurnalis tentunya, dibutuhkan waktu fleksibel untuk bisa ke lapangan apapun kapanpun dimana pun peristiwa itu. Khusus untuk jurnalis online, begitu ada kejadian, wartawan datang ke TKP, menghimpun informasi, melaporkan, langsung tayang di website. Deti itu kejadian, detik itu dilaporkan, detik itu tayang. Yaa, detik mainnya, bukan hari lagi.

Lalu, berhubung selama sebulan menjadi jurnalis kemarin saya sering slag juga dengan pacar. Yaa apa boleh buat. Harapan untuk melanjutkan dan menekuni online jurnalis sepertinya putus sudah. Selain itu memang, saya juga memiliki kemauan untuk tidak melanjutkannya ASAL (ada syaratnya, lho) saya tidak ditempatkan di desk buser. Sistem kerja wartawan buser seperti yang saya ceritakan di atas. Waktunya sungguh labil dan tak terduga. Namun, saya masih akan mempertimbangkannya bila saya ditempatkan di desk kanal juralis online. Lagi-lagi, ke depannya saya belum tahu akan kemana langkah saya.

Lalu, bagaimana dengan pekerjaan saya saat ini? Jujur ini juga masih tanda tanya untuk saya. Bila saya menikah, akankah pekerjaan ini berlanjut atau tidak? FYI, pekerjaan yang saya jalani saat ini menggunakan sistem shifting, hari aktif bekerja 6 hari dalam seminggu. Ya, saya memang tidak ikut dalam shift malam. Namun, tetap saja, pulang larut malam menjadi kekhawatiran sendiri bagi pasangan saya.

Terkait kerjaan saya saat ini, sejujurnya dukungan pasangan sangat dibutuhkan. Kalau pasangan saya tidak banyak protes tentang jam pulang saya bekerja, mungkin (mungkin ya..) saya akan tetap ada di sini. Tapi kalau nanti dia sering protes, yaaa ada kemungkinan untung hengkang.. Saya pun pernah bertanya akan hal ini pada pacar saya, dia hanya menjawab, (kurang lebih sepert ini) "Itu urusan nanti. Jalani saja yang ada sekarang." Hhhm, padahal saya ingin jawaban yang lebih dari itu. Semacam kepastian dari sekarang. Is it ok, or not?

Dari sisi saya, sebenarnya saya mulai ada niat untuk mencari yang baru lagi, mungkin dengan sistem office hour. Dengan sistem yang seperti ini, saya takut saya tidak bisa membagi waktu antara pekerjaan dan urusan rumah tangga nantinya. Namun, saya juga masih belum tahu, bekerja di mana, di bidang apa. Selain itu, pekerjaan bukan hanya masalah gaji, uang, tunjangan; tapi juga menyangkut kenyamanan. Dan lingkungan kerja mempengaruhi kenyamanan itu. So, sampai sekarang, i still not do nothing. I enjoy my job dalam segala plus minusnya.

Mungkin suatu saat akan diberi petunjuk sama Alloh, mana jalan yang harus saya pilih. Stay or leave it. Terbukalah jawaban dari pasangan saya, terbuka juga jalan fikiran saya. Harapannya, apapun keputusan itu, apapun yang saya lakukan nanti bisa membawa manfaat untuk orang lain. Aaamiin, semoga.

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)