Momen Pertama Menjadi Seorang Ibu

Assalaamu'alaikum...

It's time for throwback.
Beberapa bulan ini saya lagi senang menulis tentang bayi. Riyadh si sebenernya, bukan bayi secara umum. Seperti kebanyakan ibu baru lainnya, saya lagi seneng-senengnya mengunggah tingkah lucu si bayi ke berbagai media sosial. Saya juga berencana menuliskan every milestone yang sudah Riyadh capai tiap bulannya di blog. Saat ini baru di bulan ketiga. Mudah-mudahan bisa konsisten.

Riyadh beberapa waktu setelah dilahirkan.

Kehamilan Pertama yang Menyenangkan

Saya masih ingat betul kemunculan dua garis merah pada test pack yang saya gunakan di pagi hari setelah bangun tidur. Dengan nada datar, si suami nggak ngerti arti dua garis merah tersebut. Dia pun balik bertanya, "artinya?" Kejutan yang gagal. Tetot! -___-"

Pun begitu setiap momem kehamilan. Saya telah menuliskan apa yang saya rasakan dan bagaimana perkembangan janin pasca kunjungan ke dokter. Alloh Maha Baik. Kehamilan pertama saya sungguh tidak merepotkan saya dan orang lain. Saya masih aktif mengikuti gathering blogger, mengantar Ibu ke sana ke mari, juga pergi mengaji. Entah itu naik motor (GoJek) atau menyetir mobil sendiri. Sesekali begadang menuntaskan tulisan blog untuk lomba :)

Momen Pertama Menjadi Seorang Ibu

Sembilan bulan mengandung perdana, bukan tidak dag dig dug hati ini menunggu kemunculan sang jabang bayi. "Kapan ya si baby akan lahir?", "Seperti apa rupanya?", "Bisakah saya mengurusnya kelak hingga menjadi manusia yang berguna?" Itulah sederet pertanyaan yang kerap muncul setiap hari.

Di minggu ke-38, saya merasakan sakit di bawah perut yang hilang timbul dalam interval waktu yang konsisten. Rupanya inilah yang dinamakan mules melahirkan. Maklum kehamilan pertama, saya tidak tahu bagaimana rasanya mules melahirkan.

Lagi-lagi si suami masih cuek. Pikirnya, masih jauh waktu melahirkan berdasarkan due date dokter (sekitar 15 Desember). Kami pun sempat jalan-jalan juga naik turun tangga ke Informa, All Fresh, dan ACE Hardware untuk menghilangkan rasa sakit yang saya rasakan.

Rupanya sakit tak kunjung hilang. Bahkan, semakin sering. Diantar keluarga suami, kami pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan sakit yang saya rasakan. Alhamdulillah, dari pemeriksaan CTG ternyata sudah pembukaan satu mau kedua dengan kontraksi yang kuat. Atas saran dokter, perawat menghimbau saya untuk menginap di rumah sakit.

Alhamdulillah saya hanya mengalami mules selama tiga puluh jam. Ditemani kakak dan suami, saya menanti-nanti #MomenPertama sebagai seorang Ibu.

Sungguh tak pernah terbayangkan bagi saya bagaimana momen pertama mengejan dalam persalinan. Selama hamil, saya hanya senam hamil sendiri di rumah sambil belajar atur nafas saat mengejan. BLAH, in the end praktik yang saya lakukan selama ini salah. Sebelum persalinan dimulai, saya sempat latihan mengejan dahulu, dibimbing oleh suster. Ternyata, fokus mengejan saya ada pada perut, seharusnya bokong.

Tak tahu siapa yang ngajarin. Baru lahir, fotonya udah bergaya manyun aja :p

Cukup lama waktu bagi saya untuk mengejan, sekitar 15 menit. Sungguhlah nafas saya ini teramat pendek. Saya berpikir telah mengejan sekuat tenaga, tapi si calon bayi ini tak jua memunculkan kepalanya. Dibantu oleh dua suster yang mendorong si bayi dari perut bagian atas, saya mengejan beberapa kali.

Akhirnya si dokter memperingati, "Ayo, bu ini yang terakhir kalinya. Jangan kelamaan di pintu. Ambil nafas yang panjang, lalu ngeden sekuat tenaga."

Entah bagaimana caranya, kebetulan saat itu suami baru mendampingi saya setelah sholat Subuh, si calon bayi ini berhasil keluar menghirup nafas di dunia. Tangisan pertama dari si bayi membuat saya sangat bersyukur telah diberikan berbagai kemudahan oleh Alloh selama momen pertama kehamilan hingga persalinan. "Ooo begini ya rasanya melahirkan normal. Begini jerih payah seorang ibu saat melahirkan", gumam saya saat itu yang masih tersengal-sengal akibat mengejan.

Sesuai rikues saya dan suami pada si bayi saat masa kehamilan, anak saya lahir sempurna dengan jenis kelaminnya laki-laki, BB 3,4 kilogram, PB 48 sentimeter pada Senin, 7 Desember 2015 pukul 05.16 WIB. Alhamdulillah wa syukurilah.



Kami sama sekali belum memikirkan nama. Yang saya ingat, saya ingin segera memeluk si bayi. Melihat wajahnya yang rupawan. IMD pun dilakukan. Saya begitu kaku mengelus-elus punggungnya. Masih antara percaya dan tidak bahwa saya bisa melahirkan. Di dada saya ada malaikat kecil, titipan Alloh, yang harus saya jaga kehidupannya. Sungguh, kata-kata tak cukup menggambarkan perasaan saya kala itu. More than amazing!

Begitu kondisi saya sudah mulai segar, saya meminta si bayi untuk dibawa ke kamar. Ahhh mendekapnya begitu menenangkan. Saya raba pipinya, matanya, juga bibir mungilnya. Saya bisikkan selamat datang dan doa kepada jagoan kecil saya.

Seluruh keluarga menyambut buah hati saya dengan hati riang gembira. "Anak lo putih banget, bibirnya merah, pahanya gede", begitu kata kakak yang menemani persalinan saya. "Waaa idungnya 'nggak ada', tapi suaranya tangisannya kenceng sekali. Jadi mu'azin (orang yang sering adzan) nih nanti", ujar ibu mertua.

Aiiiih sungguhlah nostalgia ini bikin kepengen punya bayi lagi. Mwahahaha.. Apalagi saat melihat video "Firsts" dari Pampers. Mau anak ke satu, dua, tiga, selalu ada momen pertama yang dinanti bersama sang buah hati, dari dalam kandungan hingga kemunculannya pertama kali di dunia. Denyut jantung, sentuhan, senyuman, tangisan, semua yang berhubungan dengan si buah hati dinanti oleh banyak orang.



Kalau sudah begini, rasanya ingin memberikan segalanya yang terbaik untuk anak. Ya sandang juga pangan. Kalau pangan, saya harus mengonsumsi makanan bergizi agar kualitas ASI saya bagus. Alhamdulillah suami juga mendukung kesuksesan ASI dengan menyediakan beragam makanan di rumah.

Terkait dengan sandang, selain pakaian yang dikenakan, saya bersama suami juga selektif  memilih popok sekali pakai (pospak). Di awal melahirkan, saya agak ragu untuk mengenakan pospak pada si bayi. Maklum idealis masih kenceng. Yaa kasian aja gitu, bayi baru lahir dengan kulitnya yang masih sensitif harus berhubungan dengan tumpukan air seni.

Ini Riyadh waktu mau usia dua bulan. Supaya tidur nyenyak di malam hari, Riyadh #PakaiPampers. Lihat saja tuh, saat digantikan baju, Riyadh tetap tertidur pulas.

Tapi tapi tapiiiiii meski demikian, saya juga dilema dengan kualitas dan kuantitas tidur bayi dan saya sendiri. Sebagai informasi, pada empat puluh hari pertama kelahirannya perut anak saya suka kembung. Entahlah apa penyebabnya, apakah penggunaan AC atau popok kain yang kerap basah saat pipis.

Demi kelancaran ASI dan tumbuh kembang anak, Riyadh akhirnya #PakaiPampers di malam hari saja. Alhasil, Riyadh tidur nyenyak dan berkualitas. Liat aja tuh di foto, saat saya menggantikan baju, tidur Riyadh tidak terganggu. Saya pun bisa istirahat sedikit lebih lama di malam hari. Saya bangun hanya saat menyusui dan 2-3 kali ganti Pampers.







2 komentar

  1. Anak adalah guru bagi saya. Ia yang mengajarkan saya untuk sabar, syukur, dan ikhlas. Selamat menjadi Ibu, Nisa.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)