Kapan Waktu yang Tepat untuk Memutuskan Bayi Tabung?

Assalaamu'alaikum...

"Ini masih belum ada juga?", tanya kerabat pada saya menanyai kehamilan. Well, pertanyaan ini sungguh jadi pertanyaan membosankan dan menggemaskan saat Anda sudah menikah selama beberapa waktu dan belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Yaa begitulah nasib saya dan teman-teman yang mengalaminya. Rasanya udah pengen membalas aja pertanyaan itu. Hehehee :D Katanya si, banyak-banyakin sabar aja. Yaa mau diapain lagi emang. Heheeuu..

Memiliki keturunan sudah pasti menjadi dambaan dalam sebuah keluarga. Akan tetapi, punya keturunan itu juga tidak seperti makan cabe. Begitu makan langsung pedes, begitu "bikin" langsung jadi. Ada banyak cara yang dilakukan untuk bisa memiliki keturunan, mulai dari ikhtiar medis, alternatif (jamu, urut, akupuntur), membaca zikir tertentu, dan puasa. Namun, semua usaha balik lagi sama Yang Maha Pencipta.

Bicara soal medis, ada yang namanya ikhtiar bayi tabung. Iya, mahal banget biayanya. But let me tell you the whole process. Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan dokter Spesialis Konsultan Fertilitas di Rumah Sakit Bunda, Menteng, DR. Arie A. Polim, D.MAS, SpOK (K). Jujur, saya awam banget sama yang namanya bayi tabung. Yaa informasi bisa sih dicari di internet. Akan tetapi, lebih enak kalau bertanya langsung. Bagaimana sih sepasang suami isteri memutuskan untuk bayi tabung? Apakah ujug-ujug begitu saja atau ada serangkaian cara lainnya sebelum akhirnya memutuskan bayi tabung?

Ilustrasi hamil. (sumber: 



"Yaa nggak dong. Nggak secara tiba-tiba langsung memutuskan bayi tabung. Ada proses pendahulunya sebelum diputuskan bahwa pasangan ini harus langsung memilih bayi tabung atau tidak, kata dokter yang juga menjabat sebagai Direktur Indonesian Reproductive Science Institute (IRSI) serta Manager Medis Morula IVF Jakarta.

Dokter Arie menjelaskan, pasien yang ingin melakukan program hamil disarankan untuk pergi ke dokter kandungan pertama kali di saat pertengahan siklus haid. Pada saat itu, wanita akan di-USG organ internanya termasuk telurnya, apakah sudah masuk masa ovulasi atau belum. Pengecekan ini disebut tracking cycle.

Selain itu, sebaiknya dilakukan pemeriksaan infertilitas dasar. Pada fase ini, pasangan suami isteri melakukan beberapa tes fertilitas. Bagi suami, tes dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas sperma. Pada wanita, tes dilakukan untuk mengetahui fungsi beberapa bagian, seperti saluran reproduksi yaitu rahim, tuba, ovarium/indung telur, juga fungsi hormonal, apakah berfungsi dengan baik atau tidak.

Jika semua hasil tes menunjukkan normal, lanjut dr. Arie, tahap selanjutnya dilakukan tracking cycle sebanyak 3-6 kali. Jika belum berhasil, bisa dilakukan inseminasi buatan dalam rahim (IUI), yakni telur si wanita dibesarkan dengan menggunakan obat hormon sampai matang dan disuntik supaya pecah atau ovulasi. Setelah itu, dokter melakukan penyemprotan sperma yang sudah dicuci terlebih dahulu ke dalam rahim.

Adapun batas maksimal melakukan inseminasi sebanyak tiga kali. Lebih dari itu, sia-sia dilakukan karena tidak akan menambah angka kehamilan dengan inseminasi tersebut.

Proses inseminasi (sumber: http://www.arc-ivf.com/index.php?page=artifical_insemination)


Nah, sekarang beralih ke bayi tabung.
Mengapa dokter menyarankan pasien untuk melakukan bayi tabung?

Bayi tabung adalah sebuah proses fertilisasi sperma ke dalam sel telur  di luar tubuh yang dilakukan dalam sebuah media kultur. Dokter Arie merinci beberapa alasan dilakukannya bayi tabung. Pertama, karena saluran tuba si wanita buntu total, baik sisi kanan maupun kiri. Kedua, kuantitas dan kualitas sperma sangat jelek, misalnya kuantitas sperma di bawah satu juta dengan bentuk normal hanya mencapai satu persen.

Ketiga, wanita yang memiliki riwayat operasi kista endometriosis di mana cadangan telurnya menjadi sedikit sekali. Hal ini juga dapat dialami oleh wanita yang sudah berumur lanjut (tua), tapi belum memiliki keturunan.

Langkah awal melakukan bayi tabung adalah telur dibesarkan semuanya dengan cara diberikan stimulasi hormon. Setelah besar dan matang, telur disedot keluar dari indung telurnya. Lalu dokter melakukan pemilihan ovum berdasar kualitas telurnya. Tentunya, ovum yang berkualitas akan digunakan untuk proses pembuahan dengan sel sperma. Setelah dipilih, ovum difertilisasi dengan sperma di sebuah media kultur. Di sinilah terbentuk embrio.

sumber: http://dr-aysay.blogspot.com/2012/09/asal-mula-bayi-tabung.html
Embrio yang ditanam ini dibiarkan selama beberapa hari (2-5 hari) di dalam tabung. Kemudian, dipindahkan atau ditransfer kembali ke dalam rahim. Harapannya agar embrio ini menempel di rahim. Dalam dua minggu ke depan, pasutri dan dokter baru bisa melihat hasilnya, apakah berhasil (hamil) atau tidak. Jika embrio berkembang dengan baik di dalam rahim, kehamilan terjadi. Hal yang sangat disayangkan bila keadaan sebaliknya yang terjadi.

Lantas, apa yang menyebabkan bayi tabung gagal terjadi? Ada empat penyebab kata dokter yang pernah magang di Monash IVF Australia dan Kuramoto IVF Clinic di Jepang. Pertama bisa dipengaruhi kualitas telur, kualitas sperma, atau kualitas embrionya. Ada pula karena kondisi rahim yang kurang baik (dinding rahim tipis), seperti adanya riwayat endometriosis atau adenomiosis dalam diri wanita.

Umur juga berpengaruh lho terhadap keberhasilan bayi tabung. Melakukan bayi tabung di bawah usia 30 tahun, keberhasilannya bisa mencapai 50 persen. Sementara itu, wanita yang memutuskan melakukan bayi tabung saat usia di atas 40 tahun, tingkat keberhasilannya di bawah 10 persen.

Jika inseminasi memiliki batasan (tiga kali) praktik, bayi tabung boleh dilakukan beberapa kali (tanpa batasan). Mengenai biaya bayi tabung berkisar Rp 50 sampai Rp 70 juta per siklus.

"Semakin muda (usia wanita), makin murah biayanya", paparnya.

Ilustrasi bayi (sumber: Shutterstock)

Suka merhatiin atau mendengar tidak, rata-rata manusia yang dihasilkan dari bayi tabung memiliki kecerdasan yang lebih dibanding manusia yang tercipta secara alami. Mengapa? Menjawab hal ini, dokter yang telah praktik di bidang kandungan lebih dari sepuluh tahun ini pun tidak dapat memastikannya.

"Mungkin karena bayi-bayi yang dihasilkan dari bayi tabung berasal dari seleksi yang paling baik (telur dan spermanya hasil seleksi)", terang dr. Arie.

Sepanjang praktik, sudah banyak bayi tabung yang berhasil ditangani dr. Arie, baik dari kalangan awam di dalam dan di luar negeri. Dokter pun turut senang bila program yang direncakanan bersama pasien berhasil.

"Dukanya siap terganggu. Karena namanya program, dia berkelanjutan. Kalau berhasil senang, kalau gagal ikut sedih", tutur dokter Arie saat ditanya suka duka sebagai dokter dengan spesifikasi bidang fertilitas.

Terakhir, doain saya yah sahabat, biar bisa segera punya keturunan. Doain juga biar dilapangkan hatinya juga fikirannya kalau mendengar omongan dan pertanyaan orang-orang. Saya yakin Alloh akan kasih kami di waktu yang tepat. Mudah-mudahan yang belum dan ingin dikaruniai keturunan lagi juga segera diberi kesempatan sama Alloh. Aamiin :)

20 komentar

  1. Panjang yah mak prosesnya. Ku doain biar dirimu ga pk proses ini tp langsung hamil yah. Aamiin #peluksambilkecup

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiiinn yaa robbal 'aalamiin.
      Aaaaakk peyuk n kecup balik mbak Chaeraniiiiiii.
      Gengges banget sama pertanyaan orang2 sekitar *lahh curhatt*

      Hapus
  2. Ooh begini ya proses bayi tabung. Kompleks juga ya prosesnya. Btw, dulu aku juga 3 tahun "kosong". Pernah pijat kaki ke Bandung, sebulan kemudian berhasil hamil. Pas rejekinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku udah 2 taun kosong mbak.
      Lagi pijat juga sih. Yaaa barangkaliii jodoh :)

      Hapus
  3. Bayi Tabung itu mahaal bingits loh :))))
    Semoga aja gak sampai pakai pengobatan ini ya. Kudoakan secepatnyaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaaahhh puluhan juta booook!
      Mudah2an aku nggak sampe proses ini, aamiin.
      Mudah2an dibantu sama Alloh untuk ga merasa terbebani dg kondisi saat ini :D Thanks Mbak Olin udah berkunjung :)

      Hapus
  4. wah lengkap ya penjelasannya :) tfs loh. Kami juga masih galau mau ikutan program atau enggak, mahal banget soalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya doakan mbak, biar kita nggak usah ikut program hamil yang mahal2 itu.
      Mudah-mudahan Alloh menjawab doa kita yahh biar segera diberikan keturunan yang sholeh dan sholehah, aaamin

      Hapus
  5. Mb nisa kita samaan mb, aku juga uda bosen banget ama pertanyaan itu, moga2 kita dapat di waktu yg indah ya amiinnn (《》)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peyuuuukk mbak Gustyanita Pratiwi.
      Aamiin. Semoga Alloh segera memberikan momongan ya buat keluarga Mbak dan saya :)

      Hapus
  6. aamiiin mba, smoga segera diberi keturunan yang soleh dan solehah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaaakk mak Kania.
      Makasi banyaaak atas doanyaa.
      Semoga Mak Kania juga diberikan anak2 yang sholeh dan sholehah, aamiin :)

      Hapus
  7. Aku dakan yang terbaik ya semoga segera mendapatkan yg di idam-idamkan. Gak usah dipikirkan pertanyaan orang-orang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiiii mak Lidya atas doanya.
      Semoga anak-anak mak Lidya jg tumbuh jadi anak yang sholeh dan sholehah yaa :)

      Hapus
  8. Aamiin untuk doa dan harapannya, Mak. Semoga cepat diberikan keturunan yaaa. :) Bener tuh kata Mbak Lidya, ga usah peduli omongan orang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks, Mak Alaika atas doanya.
      Dua taun mungkin jadi masa yng gengges banget dengan pertanyaan itu. Kadang suka mikir perasaan pasangan yang sudah lebih dari dua tahun, mungkin belasan dan belum punya anak. However, mudah2an aku sama suami nggak selama itu juga ya :)

      Hapus
  9. Jangan dengarkan omongan-omongan di luar san aya mbak, yang tenang usaha dan tawakal... semoga segera dapat momongan yang sehat, solih solehah tanpa bayi tabung ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. yess mbak. bener banget.
      alhamdulillah doanya mbak terkabul. aku udah punya anak tanpa bayi tabung :)

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)