#Selfie4Siauw in My Opinion

Senin (19/12015) siang, saya iseng membuka linimasa di Twitter. Pandangan tiba-tiba tertuju pada retweet salah seorang seleb tweet yang menggunakan hashtag #Selfie4Siaw. Ini pasti ada apa-apanya nih karena menggunakan nama belakang salah seorang ustadz kondang, gumam saya. Sudah bukan berita baru juga kalau ustadz tersebut punya banyak hater.

Akhirnya saya searching dengan hashtag tersebut di Twitter. Hasil pencarian saya, rata-rata twit tentang foto selfie pengguna Twitter sambil menggunakan hijab. Ada juga beberapa komentar sarkastik.


Ilustrasi selfie (dok. Huffingtonpost.com)
Saya masih belum menemukan penyebab munculnya hashtag #Selfie4Siauw yang belakangan diketahui menjadi trending topic dunia dan Indonesia, sampai saya menemukan twit salah seorang pengguna Twitter yang isinya dia tertawa membaca twit ustadz tersebut. Akhirnya saya berkunjung ke rumah maya Ustad Felix Siauw di Twitter.

Di sana Ustadz Felix menjelaskan dengan gamblang tentang bahaya selfie. Sudah pada tahu lah ya selfie itu apa. Kalau kata pustakawan Britania, selfie adalah sebuah pengambilan foto diri sendiri melalui smartphone atau webcam yang kemudian diungguh ke situs media sosial. Inti dari twit ustadz yang juga ayah dari empat anak ini menyebutkan, selfie bisa memunculkan sifat ujub, riya, dan takabur. Ujung-ujungnya dari selfie bisa menjadi salah satu penyebab terhapusnya amalan kita selama ini.

Felix Siaw (dok. Twitter @felixsiaw)
Namun, apa yang diterima oleh para penguna Twitter lainnya? Mereka protes, menghujat, mengungkapkan berbagai alasan dengan bahasa sindiran juga cenderung sarkastik terhadap twit Ustadz Felix. Lalu, muncullah gerakan protes itu dengan hashtag #Selfie4Siauw. Sampai sejauh ini, menurut saya tindakan mereka berlebihan. Terlalu reaktif.

Malam harinya, saya kembali memantau linimasa Twitter. Semakin banyak pengguna yang protes terhadap twit ustadz keturunan Tionghoa ini. Isu berkembang menjadi ustadz munafik, kasarnya gitulah saya menyebutnya. Entah siapa yang memulai pendapat, Felix Siaw dianggap munafik karena pernah menjadi juri selfie. Smentara itu, saat ini dia seolah-olah menentang selfie dan menyebutkan segala bahayanya.

Capture twit Ustadz Felixsiauw yang dianggap inkonsisten.

Saya masih gagal paham dengan isu yang beredar di linimasa. Sebab masih bisa menimbulkan banyak arti dari sepotong twit #selfie Ustad Felix yang ramai dibicarakan. Sering banget 'kan kejadian di media sosial, gegara pemenggalan kalimat, status, twit, atau apalah jadi bikin kebakaran jenggot. Saya sendiri malas kepo lebih jauh twitter Felix Siaw tentang #selfie. Capek scroll booo', membuka twit lama! Harusnya sih ya ada klarifikasi dari Ustadz Felix.

Sambil terus mencari info terbaru, di media sosial lainnya, Facebook, saya minta pendapat teman-teman tentang hashtag ini. Nggak banyak yang nyaut ternyata, wkwkw. Akhirnya kembali lagi ke Twitterland.

Saya mendapati klarifikasi dari Ustadz Felix tentang #selfie yang pernah ia twit jauh sebelum ini. Katanya, #selfie yang diadakan bersama Hijab Alila itu adalah muhasabah (ngaca sama diri sendiri), bukan selfie dalam artian foto narsis.

"Padahal acara #Selfie yang diadakan @HijabAlila bukan kuis atau lomba foto selfie | malah kajian tentang bahaya #Selfie bagi Muslimah :D", tulis Ustadz Felix di akun Twitter-nya.

Nah, kan.. Mulai terbuka permasalahan dan jawabannya. Meski demikian, pengguna Twitter udah kadung marah, juga eneg kali ya sama twit Ustadz Felix. Sampai klarifikasi diturunkan, masih aja rame twit dengan hashtag #Selfie4Siauw. Bahkan, seleb twit travel kesayangan saya ikutan komentar. ARGH, dibaca dulu kali semuanya dengan kalemmmm!

#Selfie4Siauw in My Opinion

Apa tanggapan saya atas isu di atas. Sesuai yang saya singgung di atas, masayarkat kita terlalu reaktif. Saya tidak tahu apa yang membuat mereka marah. Tudingan selfie bisa riya, ujub, dan takaburkah atau yang lainnya.

Saya kasih tahu di awal dulu, ya. Saya suka selfie juga kok. Namun, terhadap isi twit Ustadz Felix, saya nggak yang gimana-gimana. Bahkan, saya jadikan twit tersebut sebagai sarana introspeksi diri.

Baca lagi deh pelan-pelan twit per twit si ustadz. Biar sedikit, di antara kita pasti ngalamain tuh, selfie untuk eksis, selfie untuk pamer, selfie ingin diakui dan diklik LIKE, share, atau dikasih komen sama teman-teman. Nah, menurut ustadz Felix, gejala ini bisa berujung ke riya, takabur, juga ujub. Pengertian apa itu riya-takabur-ujub, silakan buka twitnya si ustadz aja, ya. Wkwkwk... Beda tipis emang

Selain itu, dari yang saya tangkap di awal twit ustadz tersebut hanyalah menyinggung soal niat dan kewajibannya mengingatkan. Saya sempat membatin di awal-awal isu #Selfie4Siauw, "itu kan kembali ke niat orang aja". Tentang niat pun dipertegas sama Ustadz Felix di twit-nya. Logikanya, kalau emang niat kita nggak macem-macem, yaa kenapa juga merasa terusik dengan twit Ustdaz Felix ini. Ya kan? Tapi, emang beda tipis si antara niat sekadar berbagi dan ingin menunjukkin eksistensi diri. Hehehe..

Semua kembali ke niat. Sesama muslim, Ustadz Felix hanya mengingatkan. Selebihnya terserah Anda.
Selfie emang bukan suatu hal yang baru lagi saat ini. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga nenek-kakek juga melakukannya. Selfie ini semakin dipermudah dengan munculnya tongsis juga yungsis. Untuk muslimah, emang si seharusnya kecantikannya disimpan untuk suami. Jangan sampai begitu unggah foto di media sosial, lelaki nonmuhrim terkagum-kagum melihat kecantikannya. Ini jadi #noteformyself juga nih.

Segala sesuatunya memang kembali ke niat. Janganlah kita cepet kebakaran gitu sama twit seseorang. Dicerna dulu maksud twitnya secara kalem. Netral. Baru berkomentar. Yang baik ambil, yang jelek buang. Kalau masih nggak puas, bisa tanya sama orang yang lebih tahu. Soalnya saya suka malu, sesama muslim suka berantem dengan hal-hal yang sepele, termasuk selfie ini.

---------------

Suami saya sering berkomentar, kurang lebih seperti ini.. Perempuan jilbab sekarang kepengen banget eksis. Liat aja. kalau ke mana-mana yang ribut foto, perempuan berjilbab. Kebanyakan yang upload foto di fesbuk, emak-emak jilbab. *Hehehe, kalau ini ada benarnya juga. Namun, masih saya sanggah. Mungkin mereka mau buat keang-kenangan pernah ada di suatu tempat. Biarin ajalah. Bapak-bapak juga suka narsis kok.*

Atas tanggapan hashtag #Selfie4Siauw, dia bilang, mungkin udah kelewat batas selfie-nya. Liat aja emak-emak berjilbab di TV pada joget. Enak juga enggak dilihatnya. Enakan liat orang striptis sekalian daripada emak-emak jilbab joget *kalem aja ya bacanya*





21 komentar

  1. Diingatkan kok marah ya hehe. Kalo menurutku sih emang kita kudu hati2 juga pikirkan manfaat dan mudhoratnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul.. Segalanya perlu dicerna dengan kalem, nggak kayak orang kebakaran jenggot gitu. Hihihii.
      Semoga kita terhindar ya Mbak dari segala hal-hal yang berbau mudharat. Aamiin.

      Hapus
  2. Saya dulu suka selfie waktu masih alay tapi alhamdulilah sekarang sudah "sembuh" hehe. Sekarang kalo liat foto selfie saya dulu, ngakak sendiri. Kesimpulan saya, yg suka selfie berarti msh alay. hehe.. "kalem aja ya bacanya"

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAPPAAAHH saya dibilang alay? Wkwkwkw..

      Iya, nih. Harus lebih hati2 kl mau posting. Sebenrnya ga pengen ke arah sana, tapi kadang suka pengen even sedikit tapi... tapi... suka beda tipis emang.

      Ah sudahlah. Smg kita terhindar dr sgl macam sifat buruk dan hati jelek yg bs menghapus amalan. Aamiin..

      Hapus
    2. saya kan nggak bilang mbak nisa ini alay. Ternyata suka selfie toh? lah malah baru tau akakakak....

      Aamiin

      Hapus
    3. Hyaaahh dia ga baca tulisan ejkeh berarti :p

      Hapus
    4. baca kok, serius. cuma sy sering lupa every detail yg sy baca :(

      Hapus
  3. Aku pun menganggapnya sebagai pengingat aja. Ga perlu kebakaran jenggot. Yang bereaksi berlebihan itu malah jadi mendramatisir kurasa. :D

    BalasHapus
  4. Saya juga sering selfie sampai sekarang, terutama kalau nggak ada yang motoin. Sayang sama momen. Tapi buat saya itu untuk kenang2an. Jadi kalau mau dibilang ada penyakit hati, ya terserah yang bilang kan. Twit ust. Felix saya anggap sebagai pengingat yang baik, supaya meluruskan niat. Kalau nggak penting ya nggak usah unggah di medsos, cukup jadi konsumsi pribadi. Tapi kalau memang masih mau upload ke dunia maya juga terserah, kan balik lagi.. masalah ada yang mau bilang punya penyakit hati, kalau nggak punya ya nggak perlu marah.

    Saya lihat sekarang para ust memang sedang dibombardir dengan isu-isu seperti ini. Padahal yg ngomongin ust itu juga belum tentu nggak muna, ya kan mbak? #selfnote

    TFS mbak. :) nice note

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuuuull..
      Banyak ustad kita yang lurus menuai kontroversi bagi beberapa kalangan yang sensi. Kalau menurut kita si yaa emang begitu ajaran Islam 'kan.

      Alhamdulillah masih ada ustadz, ustadzah, FPI juga yang ngelurusin hal-hal nggak bener. Harusnya kita lihatnya secara luas ya, Mbak. Jangan sempit gitu pandangan kita. Berkomentar juga harus tahu ilmunya dulu kan.

      Mudah-mudahan niat ibadah kita selalu lurus, ya Mbak. Godaan emang banyaakkkkkk di dunia. Masuk surga itu yaa susah2 gampang.

      Makasi yaa udah berkunjung :)

      Hapus
  5. Waah... bener-bener mencerahkan mbak. Nice. Thanks for sharing :)

    Kalo menurutku ya karena orang ini kontroversial ya, jadi orang-orang udah pada 'meledak' duluan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadiiii. Karena image si Ust. Felix yang emang udah kontroversial bagi beberapa kalangan, ya. Jadi apa yang ditwitkan dia pasti banyak protesnya.
      Makannya suami saya bilang, umat Islam ini banyak tapi bak busa di lautan. Banyak, tapi kosong otaknya atau ilmu agamanya. Mudad-mudahan kita terhindar ya, Mbak. Aamiin..

      Hapus
  6. suka sama bahasan mba Anesa di sini. betul banget nih. sedih liat muslim saling mencela satu sama lain tanpa mau merenung dan menambah ilmu... salam kenal mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tirimikisiiiii Mak Nuraviana..
      Sekedar gatellll aja sama temen2 di sosmed.
      Ustad kok ya skrg gampang banget dilecehin :(

      Hapus
  7. Selfie ya? saya paling gak suka, tapi kalo terpaksa ya mau gimana lagi

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)