Jangan Cuma Bisa Kritik, Yuk Cari Tahu Kinerja Kemen PU!

Seorang kerabat bersungut-sungut saat mengetahui bahwa jalur pantai utara (pantura) belum selesai dibenahi menjelang hari Raya Idul Fitri tahun lalu. Terbayang sudah dalam benaknya hal yang tak pernah ia bisa hindari, kondisi super macet di jalur pantura saat menjelang lebaran. Banyaknya mobil besar berseliweran di pantura saja sudah membuat macet karena mereka berjalan dengan kecepatan rendah, apalagi ditambah dengan kondisi jalan yang rusak parah, pikirnya saat itu.

"Heran gue! PU kerjaannya ngapain aja sih? Setiap tahun selalu berulang. Setiap tahun selalu perbaikan. Setiap mau lebaran, perbaikan jalanan baru dikebut. Emang kemarin ke mana aja?", ungkap kegusaran salah seorang kerabat.

Yup, ilustrasi di atas saya rasa kerap terjadi di kalangan masyarakat awam. Begitu kita tahu jalur pantura belum selesai diperbaiki, langsung menyalahkan Kementerian Pekerjaan Umum (yang selanjutnya sama sebut PU). Begitu kita melihat proyek jalan raya lainnya yang juga berantakkan, pasti ingat buruknya pekerjaan PU. Kalau jalan rusak, kita menyalahkan PU. Kalau jalan mulus, kita cenderung diam dan melupakan PU. Betul apa betul?

Lalu, selama 69 tahun Indonesia merdeka, apa yang sudah dikerjakan PU? Mengapa beberapa proyek jalan di Indonesia cenderung tambal sulam atau bahkan belum tersentuh oleh PU? Benarkah PU hanya mengurusi jalanan, jalanan, dan jalanan? Nah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, beberapa waktu lalu (Rabu, 29/5), Kompasiana bersama Kemen PU menggelar acara Nangkring bareng PU di Gedung Heritage Kementerian Pekerjaan Umum, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Kegiatan yang dihadiri oleh Sekretaris Jendral Kemen PU (Ir. Agus Widjanarko MIP) ini tak lain bertujuan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang lingkup kerja PU, beragam proyek yang telah dikerjakan oleh PU, sekaligus mengenalkan masyarakat tentang digitalisasi perpustakaan PU yang bisa diakses oleh semua pihak.

Selain sekjen PU, turut pula hadir Staf Ahli Menteri PU bidang Keterpaduan Pembangunan (Ir. Taufik Widjoyono MSc), Kepala Pusat Komunikasi Publik (Ir. Danis Hidayat Sumadilaga), dan Kepala Balitbang KemenPU (Ir. Waskito Pandu). Sementara itu, moderator acara diskusi dipimpin oleh salah seorang admin Kompasiana, Iskandar Zulkarnaen.

Para pembicara yang hadir dalam Kompasiana Nangkring bareng KemenPU. Dari kiri ke kanan: Staf Ahli Menteri PU bidang Keterpaduan Pembangunan (Ir Taufik Widjoyono MSc), Sekretaris Jendral KemenPU (Ir. Agus Widjanarko MIP), Kepala Pusat Komunikasi Publik (Ir. Danis Hidayat Sumadilaga), dan moderator diskusi (Iskandar Zulkarnaen) - dok. Kompasianer Gapey Sandy

Ingat PU, Ingat ABC
Tanpa banyak prolog, Agus Widjanarko selaku pembicara utama langsung menyampaikan materinya yang terangkum dalam tampilan power point. Di awal presentasinya, Agus Widjanarko memperkenalkan ruang lingkup kerja Kementerian Pekerjaan Umum. Nah, poin ini nih yang tampaknya harus diketahui masyarakat!

Mengambil bahasa gampangnya, sebagaimana dikatakan oleh Danis Hidayat Sumadilaga saat melengkapi pernyataan Agus Widjanarko dalam sesi tanya jawab, ruang lingkup kerja PU dikenal dengan sitem ABC.

"Inget PU, inget ABC!" kata Danis.

Sesimpel itu? Ya, sesimpel itu mengingatnya. Namun, banyak kegiatan yang terangkum didalam ABC. Apa saja?
A - Air >> bagaimana PU bisa menciptakan air bersih untuk layak dikonsumsi masyarakat.
B - Bina marga >> bagaimana PU bertanggung jawab terhadap 38.401 kilometer jalan nasional, termasuk jalan tol dan jembatan. Hihihiii, poin ini nih yang biasa dikomplain oleh banyak orang :D 
C - Cipta Karya >> bagaimana PU membangun pemukiman layak huni dengan drainase dan sanitasi yang baik. Nah, poin ABC itu bisa terjadi bila terdapat sistem penataan ruang yang baik. 

Teknik sekali bukan pekerjaan PU? Ragam pekerjaan PU memang hanya bisa dilakukan orang-orang yang mendalami jurusan teknik. Oleh karena itu, menurut pernnyataan Agus, seluruh menteri yang pernah maupun sedang menjabat di PU secara langsung ditunjuk oleh presiden. Mereka bukan orang partai, melainkan akademisi yang memang paham betul bagaimana pengelolaan tata kota yang baik.

Gedung Sate sebagai Kantor Pertama KemenPU

Sedikit penjelasan tentang sejarah Kemen PU, Agus menuturkan, bidang pekerjaan umum telah ada sejak zaman Hindia Belanda dengan sebutan Burgerlijke Openbare Werken (1919). Pada tahun 1942, nama tersebut diubah menjadi Departement van Verkeen en Waterstaat.

Setelah Indonesia merdeka, Soekarno membentuk kabinet pertama. Pada saat itu, Abikusno Tjokrosoejoso diangkat sebagai menteri PU pertama. Adapun kantor PU yang pertama kali berada di Gedung Sate, Bandung.

Karena terjadi penyerangan oleh pasukan Sekutu/Belanda di Gedung Sate pada 3 Desember 1945, kantor pusat KemenPU pindah ke Kompleks Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta hingga sekarang. Sementara itu, setiap tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Bakti PU.

Gedung Sate menjadi kantor pertama KemenPU - dok. PU

Infrastruktur Pekerjaan Umum dari Masa ke Masa
Tak puas hanya merinci ruang lingkup kerja PU, Agus melanjutkan presentasi tentang proyek-proyek yang telah dikerjakan oleh PU sejak paska kemerdekaan RI. Pada kesempatan, saya terkagum-kagum dengan apa yang telah dibuat oleh KemenPU. Sesungguhnya ragam fasilitas yang terangkum dalam ABC di atas dan bisa kita nikmati saat ini merupakan karya anak bangsa, khususnya KemenPU. Itulah yang dikerjakan PU selama ini, tidak hanya jalanan, jalanan, dan jalanan.

Anda tahu Waduk Jatiluhur? Waduk yang menjadi sumber air bagi masyarakakat Jawa Barat dan sekitarnya merupakan proyek PU ditahun 1950-1960. Bendungan Jatiluhur sendiri merupakan bendungan terbesar se-Indonesia. WOW! Lima tahun paska kemerdekaan, Indonesia (dalam hal ini PU) sudah bisa membuat proyek bendungan terbesar yang kaya manfaat.

Proyek lainnya yang dibangun di tahun yang sama ada Proyek Air Minum Pejompongan (Jakarta) dan Cisangkui (Bandung), perencanaan dan pembangunan Kota Pekanbaru dan Palangkaraya, pembangunan pembangkit-pembangkit listrik, jembatan-jembatan besar, dan pembangunan jalan di berbagai daerah.

Proyek selanjutnya adalah pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Pada 8 Februari 1960, pemerintah mulai mencanangkan pembangunan kompleks olahraga utnuk Asian Games IV. Nah, di tahun 1962, proyek stadion berkapasitas 100 ribu penonton selesai dibangun. Stadion GBK ini juga dilengkapi dengan jalan lingkar luar sepanjang 920 meter.
Tentu kita juga tak asing lagi dengan Jembatan Semanggi. Jembatan fenomenal yang bentuknya seperti tumbuhan Semanggi ini merupakan proyek pembangunan PU di tahun 1961. Kali ini PU tidak hanya membangun, tetapi juga mengonsep rancangan arsitekturnya, lho. Mentri PU kala itu, Ir. Sutami adalah sang arsitektur jembatan Semanggi. Sementara Presiden Soekarno sebagai penggagasnya.

Jembatan Semanggi yang terletak di pusat kota Jakarta menjadi jembatan yang fenomenal karena bentuknya menyerupai tumbuhan Semanggi. Adapun arsitektur jembatan ini adalah mentri PU yang menjabat kala itu, Ir. Sutami - dok. PU/ARNAS RI
Di awal kemerdekaan, proyek PU kok cenderung hanya di ibu kota negara ya? Eits, tidak juga. PU juga membangun berbagai infrastruktur di luar Jakarta, misalnya Jembatan Ampera, Sumatera Selatan. Jembatan yang menjadi ikon wisata dan kota Palembang ini mulai dibangun pada April 1962 dengan total panjang jembatan mencapai 1.100 meter dan total lebar jembatan 22 meter. Pada tahun 1962 jembatan ini diresmikan. Bentuk fisiknya pun masih bisa kita lihat dari pinggir Sungai Musi di palembang, Sumatera Selatan.

Proyek PU lainnya di luar kota antara lain Bendungan Sutami, Malang (1964-1937), Jalan Tol Jagorawi-jalan bebas hambatan pertama di Indonesia (1974-1978), Bendungan Wadaslintang, Wonosobo (1982-1987), Jembatan Belerang, Kepulauan Riau (1992).

Mahakarya Proyek-proyek PU 

Masih berdasar penjelasan Agus Widjanarko, menurut saya, proyek-proyek yang dikerjakan PU selama sepuluh tahun terakhir (tahun 2004-2014) bak mahakarya.

Sebut saja Tol Cipularang. Tol yang menghubungkan Cikampek-Purwakarta-Padalarang ini dibangun di antara tebing-tebing tinggi ribuan meter. Mereka harus meratakan kawasan perbukitan dengan volume 14 juta meter persegi. Nggak kebayang seperti apa besarnya? Volume ini setara dengan kotak raksasa berukuran 700x200x100 meter.

Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) dibangun pada Februari 2002 dengan panjang mencapai 116 kilometer. Pembangunan tol ini bertujuan memperpendek jarak tempuh Jakarta-Bandung menjadi 1,5 jam. (dok. http://pustaka.pu.go.id/new/pencarian.asp) 

Tak hanya di Palembang, PU pun membangun jembatan di atas sungai di kota Palangkaraya. Dengan masa konstruksi selama 6 tahun (1995-2001), PU berhasil membangun Jembatan Kahayan dengan panjang jembatan 640 meter di atas Sungai Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Di Provinsi Lampung, PU membangun sebuah bendungan yang letaknya tertinggi di Asia Tenggara. Waduk Batutegi, Lampung, memiliki luas genangan sebesar 21 kilometer persegi. Waduk ini dibangun pad atahun 1995 dan selesai pad atahun 2000.

Nah, jembatan yang masih hangat dibicarakan adalah Jembatan Suramadu, yang menghubungkan Madura dan Jawa Timur. Jembatan yang dibangun pada tahun 2003 ini memiliki panjang 5.438 meter dan melibatkan 2.833 pekerja.

Adapula proyek Rusunawa Unpad (2010) di Sumedang, Jawa Barat yang terdiri dua blok kembar dan menampung 192 unit. Di bidang sanitasi, PU juga telah membuat sistem penyediaan air minum Desa Mandangin, Madura, Jawa Timur.

Peserta semakin dibuat memukau saat melihat proyek Jalan Tol Bali Mandara, jalan tol pertama di atas laut di Indonesia. Yup, lagi-lagi membuktikan bahwa Indonesia hebat! Indonesia bisa dan mampu membuat jalan tol di atas laut yang panjangnya mencapai 12 kilometer.

Menurut Agus, dikarenakan harga tanah yang mahal di Bali, akhirnya Pemerintah membangun jalan tol di atas laut. Jalan tol ini mengubungkan Bandara Internasional Ngurah Rai, Nusa Dua, dan Tanjung Benoa. Dengan waktu pengerjaan yang singkat (14 bulan), jalan tol ini membentang di atas 35 ribu tiang pancang pada 14 ribu titik.

Jalan Tol Bali Mandara, jalan tol pertama di Indonesia yang berdiri diatas laut. Panjang jalan tol ini membentang sepanjang 12 kilometer di atas 35 ribu tiang pancang pada 14 ribu titik. (dok. PU) 

Jika Anda jalan-jalan ke Sumatera Barat, di sana ada Jembatan Kelok 9 yang juga merupakan proyek PU. Dengan pondasi tahan gempa hingga kekuatan 10 skala richter (SR), jembatan ini dibangun dengan panjang mencapai 964 meter melintasi Sungai Batang Senipan.

Jembatan Kelok 9 yang dibangun oleh PU melintasi Sungai Batang Senipan. Proyek ini mulai dikerjakan pada tahun 2003 dan diresmikan di tahun 2013 (dok. PU)
Agus juga menjelaskan proyek PU yang sedang berkangsung di Bali, yakni Denpasar Sewerage Development Project (DSDP). Proyek ini berfungsi menangani masalah pengolahan limbah cair. Limbahnya sendiri diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah. 

Pada tahap pertama, lanjut Agus, DSDP mampu melayani 30 persen penduduk di daerah Denpasar, Sanur, dan Kuta. Sementara itu, untuk tahap II ditargetkan akan selesai di tahun 2014. Menggunakan clean construction, pembangunan proyek ini mampu mengurangi gangguan terhadap lingkungan yang merupakan daerah wisata. 

Kompasianer Bertanya, PU Menjawab

Tak hanya memberikan informasi satu arah melalui presentasi kinerja PU, dalam kesempatan tersebut PU juga mengharapkan masukan atau kritik dari masyarakat (Kompasianer) seputar kinerja PU. Hal ini tentunya tidak disia-siakan oleh Kompasianer yang ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang kinerja PU di daerahnya. Dalam sesi tanya jawab, pihak KemenPU menampung semua kritik dan masukan serta menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Kompasianer.

Pertanyaan pertama dari Kompasianer Dian Kelana seputar ketimpangan pembangunan infrastruktur di berbagai kota di Indonesia. Pertanyaan ini sungguh menggelitik. Dalam pengamatan Dian Kelana, pembangunan infrastruktur yang dilakukan PU sejak paska Kemerdekaan RI lebih terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera. Lantas bagaimana dengan infrastruktur Indonesia dibagian timur?

Staf Ahli Menteri PU bidang Keterpaduan Pembangunan, Ir. Taufik Widjoyono MSc, menjelaskan, pemerintah selama ini berusaha untuk meratakan infratruktur yang ada di Indonesia.

"Jalanan itu adalah turunan ketiga. Sementara itu, persebaran penduduk di Indonesia terkonsentrasi di jawa dan Sumatera. Meski demikian, Bapak SBY telah membuat koridor-koridor pertumbuhan ekonomi di luar Jawa melalui MP3I, sehingga penduduk bisa pindah dan distribusi pembangunan infrastruktur merata," jelas Taufik.

Nah, menyambung tentang jalur pantura, sebagaimana ilustasi saya di atas, disela-sela menjawab pertanyaan Kompasianer, Taufik juga menjelaskan alasan jalur pantura seakan-akan tak pernah selesai perbaikan.

Menurut Taufik, jalur pantura sdah kelebihan volume kendaraan, berbagai jenis kendaraan dengan berbagai tonase melewati Pantura setiap hari. "Kenapa Pantura sering rusak? Karena lintas Pantura sudah jenuh dan padat, sehingga ruas jalan setelah kanji yang perbaikannya hanya 500 meter bisa mengakibatkan kemacetan 2 hingga 3 jam". 

Solusinya, kata Taufik, mengalihkan ruas jalan seperti double track, yakni pembangunan lintas kereta api dan pembangunan tol Trans Jawa. *Nah, jelas 'kan sekarang mengapa Pantura seolah-olah menjadi proyek abadi kemenPU. Mudah-mudahaan setelah solusinya ditemukan, jalur Pantura tidak rusak bin macet lagi, ya.

Sementara itu, menanggapi pertanyaan salah seorang Kompasianer seputar transparansi di KemenPU, Agus mengatakan, segala proyek yang ditangani PU telah melalui e-Procurement. Agus menjelaskan, di situs PU masyarakat bisa melihat jelas nama proyeknya, berapa budget yang dikeluarkan, tanggal submit data, cara pengadaan, hingga tanggal dan tempat pelaksanaan presentasi penjabaran proyek. 

Terkait dengan tema acara, "Mengenal Infrastruktur PU lewat Perpustakan PU", salah seorang Kompasianer mengapresiasi inisiatif KemenPU sebagai birokrat yang memiliki arsip kerja terbaik dalam sebuah perpustakaan. Selanjutnya, Kompasianer tersebut bertanya seputar keberlanjutan program digitalisasi perpustakaan. 

"Setelah terbentuk perpustakaan digital PU, selanjutnya apa upaya PU untuk terus menjaganya?", tanya salah seorang Kompasianer. Kompasianer tersebut juga memberi masukan kepada PU agar PU tidak hanya sesekali mengadakan acara (temu bloger/masyarakat) seperti ini. Meskipun para menteri PU sampai saat ini tidak ada yang terlibat tindak korupsi, tetapi harus ada program berkesinambungan agar masyarakat juga turut mengawasi jalannya proyek di KemenPU. 

Agus Widjanarko beserta staf pun menyambut baik usul tersebut. Secara informal, mereka sepakat untuk melaksanakan kegiatan temu bloger secara rutin guna sosialisasi dan mendapatkan input atas kinerja KemenPU dari masyarakat.

Sebagai tambahan informasi, Agus mengatakan, KemenPU berencana mengubah fungsi perpustakaan yang ada di Gedunng Heritage menjadi museum. Hal ini sebagaimana cita-cita Menteri PU saat ini dengan tujuan warisan untuk generasi mendatang.**Wooow, tentu koleksi perpustakaan KemenPU akan bertambah, pun begitu dengan luasnya!

Sayang, di kesempatan tersebut, para Kompasianer tidak diajak berkeliling di Perpustakaan KemenPU. Mungkin  setelah diresmikan sebagai museum, Kompasianer diundang lagi dalam peresmiannya **ngarepdotcom.

Yup, itulah cerita Nangkring Kompasiana bersama KemenPU. Acara berkonsep talkshow ringan itu diakhiri dengan ramah tamah Kompasianer dan para staf KemenPU, penampilah grup akustik, dan yang paling ditunggu-tunggu adalahhhh.. doorprize! Yeaaayy!

Terkait infrastruktur lainnya yang telah dibuat PU, teman-teman bisa datang langsung ke Perpustakaan PU di Gedung Heritage Lantai 2 Kantor KemenPU, Kebayoran Baru, Jakarta.  Jika teman-teman berada di luar daerah, jangan ragu untuk buka situs perpustakaan digitalnya KemenPU.


Rangkuman foto selama acara  Kompasiana Nangkring bareng KemenPU, Rabu (29/5), di Kementerian Pekerjaan Umum. Atas: Foto bersama antara KemenPU, Admin Kompasiana, dan beberapa Kompasianer usai acara. Kanan bawah: Salah seorang Kompasianer bertanya sekaligus memberi saran seputar nasib perpustakaan digital KemenPU selanjutnya. Kiri bawah: Pemberian tanda mata untuk Sekjen KemenPU (Agus Widjanarko) dari Kompasiana yang diwakili oleh Manager Community Editing KOMPAS.COM (Pepih Nugraha) - dok. @KemenPU







Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)