Idul Adha 1434 Hijriyah

Hari Raya Idul Fitri telah berlalu, kini saatnya hari raya besar lainnya untuk umat Islam di seluruh dunia. Yup, apalagi kalau bukan Idul Adha atau biasa jugaa disebut Idul Qurban. Alhamdulillah tahun ini saya punya rejeki untuk berkurban. Join-an sama keluarga besar papah, kami membeli seekor sapi. papah juga menambahkan dua ekor kambing lagi untuk korban atas nama abang-abang saya. Alhamdulillah wa syukurillah..

Tahun ini keluarga saya potong kurban di masjid. Sayangnya, saya tidak sempat menyaksikan pemotongannya. Karena kelamaan menunggu, akhirnya saya pulang ke rumah mertua. Yup, tahun ini saya lebaran haji juga di rumah mertua. Jarak antara masjid dan rumah mertua tidak jauh, sih. Hanya sudah malas saja kalau balik lagi :D Meski demikian, saya menyaksikan pemotngan hewan kurban di rumah mertua.

Sedikit catatan dari khutbah khatib di tempat saya melaksanakan sholat Id.. Masjid Al-Ikhlas, Jalan Pangeran Antasari.


Hari Raya Idul Adha menandai dua peristiwa sekaligus, yakni selesainya seluruh peribadatan haji di Makkatul Mukarromah dan napak tilas peristiwa disembelihnya Nabi Ismail as. oleh sang ayah, Nabi Ibrahim as., atas perintah Alloh SWT yang kemudian Alloh menggantikan Nabi Ismail as. dengan seekor kambing. Dua kejadian ini saling berkaitan, yakni terjadi pada keluarga Nabi Ibrahim as.

Haji adalah rukun islam yang kelima. Ada berbagai urutan-urutan ibadah yang dilakukan selama berhaji, mulai dari sai, jumroh, hingga tawaf. Sai artinya lari-lari kecil dari Sofa ke Marwa. Sumur air zam-zam yang  menjadi pelepas dahaga seluruh umat islam yang berhaji ini pun tidak pernah kering.

Adapun cerita terpancarnya air zam-zam ini juga bagian dari perjalanannya Nabi Ismail bersama ibundanya Siti Hajar. Karena rasa iri, isteri pertama Nabi Ibrahim, Siti Sarah, mengusir Siti Hajar dan Nabi Ismail. Nabi Ibrahim pun menurutinya. Nabi Ibrahim mengantarkan mereka hingga ke tengah padang pasir dengan berat hati disertai perbekalan ala kadarnya.

karena sudah lelah sekaligus haus, Siti Hajar mencari-cari sumber air. Sememtara itu, Ismail kecil pun sudah menangis akibat haus dan lapar. Siti Hajar berlari ke sana ke mari untuk mencari air. Dalam pikirannya, dia melihat pancaran air di Bukit Sofa. Laku, ia berlari ke bukit Sofa. Namun, apa dia. yang dilihatnya hanya fatamorgana. Tidak ada percikan atau bahkan setetes air pun di sana.

Saat di Bukit Sofa, ia mendengar ada percikan air di Bukit Marwa. lalu, ia pergi ke Marwa. Sama! Tidak ada air di sana. Dalam kebingungan Siti Hajar, ia lari bulak-bali sebanyak 7 kali, hingga akhirnya menemukan sumber air. Sumber air inilah yang bernama air zam-zam. Adapun proses lari bulal-balik Siti Hajar ini, dalam rangkaian ibadah haji disebut sai.

Sebagai tanda berakhirnya ibadah haji, yakni dengan wukuf di Arafah, sesungguhnya manusia diajarkan untuk selalu rendah hati. Jika kita bayangkan kondisi pada saat wukuf, dalam seketika Padang Arafah menjadi lautan manusia dengan pakaian yang sama, pakaian ihram. Tidak ada perbedaan golongan, kasta, kedudukan, jenis kelamin, apalagi ras.

Semuanya hanya menghamba kepada satu tuhan mereka, yakni Alloh SWT. Laa ilaaha illalloh.. Refleksi di Padang Arafah ini otomatis mengingatkan kita bahwa di Hari Kiamat nanti, seluruh manusia tidak akan dibeda-bedakan. Pada saat manusia berkumpul di Padang Mahsyar untuk dihisab amalan-amalannya, semua pakaian, jabatan, kedudukan, ras ditanggalkan. Hanya satu yang tidak, yakni iman yang berwujud pada amalan-amalan kebaikan yang dilakukan kita selama di dunia.

Selanjutnya, perihal penyembelihan Nabi Ismail oleh sang ayah. Setelah bertahun-tahun menikah dengan Siti Sarah, Nabi Ibrahin tidak juga dikaruniai keturunan. Akhirnya, Siti Sarah mempersilahkan Nabi Ibrahim untuk menikah kembali. Pada pernikahan kedua Nabi Ibrahim bersama Siti Hajar, lahirlahh Nabi Ismail. Melalui sebuah mimpi, anak yang ia damba-dambakan ini disuruh oleh Alloh untuk disembelih.

Karena ketaatan Nabi Ibrahim bersama puteranya kepada Alloh, akhirhya Nabi Ismail rela disembelih. Begitu disembelih, Alloh menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba.

Demikian refleksi dari hari besar kedua umat muslim di seluruh penjuru dunia. Semoga peristiwan kurban dan haji ini mampu menambah keimanan kita kepada Alloh SWT, seperti Nani Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail as. Semoga Alloh senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Bagi yang kurban, mudah -mudahan kurban kita diterima Alloh. Aamiin :)

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)