Pulau Serangan, Pusatnya Konservasi Penyu dan Kura di Bali

Berkunjung ke Bali ternyata tidak hanya senang-senang, lho. Bagi Anda yang sedang mengajak putra-putri Anda untuk liburan, bisa juga menyisipkan sesi edukasi secara fun dan menarik saat berada di Bali. Nah, kali ini saya akan memberikan gambaran atau rekomendasi tempat di mana Anda dan keluarga bisa menemukan wahana hiburan plus edukasi dalam satu tempat. Sambutlah Pulau Serangan.. *jeng jeeeeeeenngg.


Direktori menuju Pulau Serangan 

Pulau Serangan adalah pusat konservasi kura-kura dan penyu di Bali yang terletak di selatan Pantai Sanur. Saat ini, untuk mengjangkau Pulau Serangan, Anda bisa gunakan kendaraan pribadi alias jalur darat. Sebuah jembatan menghubungkan Bali dengan Pulau Serangan dan bisa dilewati bila air laut sedang surut. Tempat konservasi ini buka setiap hari dari pukul 09.00 hingga 17.00 WITA.

Jika dari arah Kuta, lajukan kendaraan Anda menuju Pantai Sanur. Sepanjang jalan menuju Pulau Serangan, Anda akan melihat danau yang luas dan bersih [ada sisi kiri jalan. Sementara di sisi kanan terdapat tumbuhan bakau dengan di belakangnya terdapat tumpukan sampah. Ya, berkunjung ke Pulau Serangan, Anda juga akan melewati Tempat Pembuangan Akhir Suwung.

Akan ada petunjuk bila Anda telah mendekati pusat konservasi penyu dan kura-kura di Pulau Serangan. Semakin dekat ke bibir pantai Pulau Serangan, semacam kali akan membelah jalanan. Jangan lupa ya membayar tiket masuk kendaraan seharga Rp 5.000 (Rp 5000 atau Rp 2000, saya lupa, eheheh).

Jalan menuju Pulau Serangan (flickr.com/I Putu Eka Purna Sumeika)
Pusat Konservasi penyu dan Kura-kura Pulau Serangan terletak di sebelah kiri jalan. Tanpa dipungut harga masuk, Anda langsung parkirkan saja mobilnya di tempat parkir. Lalu masuklah ke dalam. Di dalam sana sudah tersedia petugas ataupun Kepala Pusat Konservasi Penyu dan Kura-kura Pulau Serangan. Oiya, ke Pulau Serangan ini juga bisa ditempuh menggunakan boat dari Tanjung Benoa, Sanur, atau Suwung.


Ada apa di Pusat Konservasi Penyu dan Kura-kura Pulau Serangan?

Pagi itu, Minggu, 14 April 2013 pukul 09.00 WITA, saya beserta rombongan sampai ke Pusat Konservasi Penyu dan Kura di Pulau Serangan. Tujuan awal kami adalah melihat eksibisi penyu dan kura sambil melepas tukik (anak penyu). Karena salah informasi, Pulau Serangan kini difokuskan untuk konservasi saja, bukan untuk tujuan komersialisasi penyu dan kura-kura. Yang mau melihat lebih dekat lagi penyu dan kura-kura, bisa pergi ke Tanjung Benoa.

Karena masih pagi dan masih sepi, setibanya kami petugas konservasi sedang membersihkan kolam-kolam penyu dan kura-kura. Berbagai ukuran, jenis, dan asal penyu dan kura-kura tersedia di tempat konservasi. Anda juga boleh foto di sana dengan penyu atau kura-kura pilihan petugas. Biasanya diperbolehkan kura-kura atau penyu yang masih kecil. Nantinya, petugas akan memberikan kura-kura atau penyu yang boleh diajak foto bersama pengunjung. Itu pun harus hat-hati juga. Jangan membuat kura-kura atau penyu stres dengan berulang kali foto, celup-angkat-celup kura-kura atau penyu dari kolamnya.

Oiya, kura-kura ini tidak selamanya berada di penangkaran. Menurut salah seorang pengelola tempat konservasi, jika sudah mencapai umur 20 tahun, penyu dan kura-kura ini harus dilepas ke laut. "Begitu umur 20 tahun langsung dilepas ke laut. Tidak boleh di penangkaran", tutur Bli Griye dengan logat khas Balinya.

Saya bersama salah satu penyu di Pulau Serangan
Saya sempat mengobrol dengan salah satu pengelola Pusat Konservasi Penyu dan Kura-Kura di Pulau Serangan ini dan memperoleh banyak informasi tentang penyu dan kura-kura. Namanya Bli Griye (Anda bisa menghubunginya di 08123612720).

Menurut penuturannya, ada satu jenis penyu yang unik, namanya penyu hijau. Alasan disebut penyu hijau adalah begitu dibelah, ada sisi lemak tubuhnya yang berwarna hijau. Dari luar memang tidak tampak, tapi dari dalam, hal itu akan nampak sekali.

Sebagai tempat konservasi, di sini juga tempat terjadinya proses perkawianan antarpenyu ataupun kura-kura. Dari hasil perkawinan tersebut diperoleh telur-telur. Telur ini dierami hingga ia menetas. Jika Anda melihat sebuah halaman berbentuk kotak yang sengaja dipagari, itu adalah tempat di mana pengelola meletakkan telur-telur penyu dan kura-kura. Nah, ternyata manusia bisa merekayasa loh hasil telur-telur yang akan netas tersebut. Maksudnya, mau penyu betina atau jantan, bisa kita dapatkan dengan teknik tertentu.

Tiga keponakan saya berpose di depan kolam berbentuk penyu. Di dalamnya juga terdapat penyu dan kura-kura yang besar

Jika pengelola membutuhkan penyu betina, cukup diurug di dalam pasir saja. Lima puluh hari kemudian, telur-telur ini akan menetas dan keluarlah penyu betina. Tau darimana kalau itu betina? Ciri-ciri fisiknya adalah bentuk penyu agak bulat-bulat dan gemuk. Biasanya juga dari telur yang dierami, akan lebih banyak yang netas. Bisa 70 persen ke atas banyaknya. yg lebih banyak netas, 70 persen netas.

Sekarang bagaimana kalau mau penyu atau kura-kura jantan? Nah, telur yang didapat itu dierami dengan cara ditutup pakai sterofoam atau pasir. Lalu, diurug di dalam ruangan. Suhunya bisa lebih hangat dibandingkan di luar ruangan. Selama 70 hari, telur tersebut akan menetas. Jumlah telur yang menetas juga lebih sedikit dibandingkan telur betina. Hanya sekitar 50 persen dari total telur saja yang benar-benar menetas dan hidup di alamnya.

Bli Griye juga menambahkan, ada waktu-waktu tertentu (ibaratnya musim) untuk telur menetas. Mei, Juni, Juli adalah waktunya telur menetas. Paling banyak di bulan Juni. Hhhm, pas sekali tampaknya ya dengan waktu libur anak sekolah :D

Telur-telur yang sudah menetas ini (tukik) harus segera dilepas ke laut. "Kalau tukik lama-lama ditangkar akan gigit temannya", jelas Bli Griye. Oleh karena itu, di sini juga membuka fasilitas pelepasan tukik.

Berkaitan dengan fasilitas pelepasan tukik, Bli Griye menambahkan, pengunjung akan diajak berkeliling hutan mangrove di sekitar Pulau Serangan dan melihat atraksi lumba-lumba dari jarak tertentu. Berkeliling menggunakan kapal. Satu buah kapal bisa dimuati hingga 10 orang.

Menurut Bli Griye, fasilitas keliling Pulau Serangan disediakan Bli agar anak-anak yang datang ke sini tidak hanya senang-senang saja. Selain bermain dengan kura-kura dan penyu ada informasi lainnya, seperti hutan mangrove, yang diperoleh anak-anak.

"Di sana ada lokasi penangkaran lumba-lumba. Saya minta agar dibuka untuk umum secara gratis ke pengelola", tutur pria dengan badan berisi ini. lalu, pengelola pun mengizinkan, tetapi hanya bisa dilihat dari jarak tertentu saja. Oleh karena itu, bila nanti Anda berkeliling dengan perahu bersama Bli Griye, Anda juga akan diajak ke tempat ini.

Sayangnya, kami tidak merasakan fasilitas tersebut. Berdasarkan informasi dari Bli Griye, lokasi liumba-lumba itu tutup di Hari Minggu.

Cantiknya Pantai di Pulau Serangan

Setelah puas di pusat konservasi, kami terus menyusuri jalan hingga ke bibir pantai di Pulau Serangan. Waaaw rupanya di sana ada pantai yang cantik. Pulau Serangan terkenal dengan pantainya yang cantik. Ombak pantai yang tinggi membuat turis asing banyak melakuakn surfing di sini. Air lautnya biruuuu sekali. Pasirnya emang rada kecoklatan gitu sih. Kami tiba di sini sekitar pukul 11.00 WITA. Hahahaa matahari sedang terik-teriknya memang. Makannya saya sangat terpesona dengan pantainya yang biruuu.

Di pantai Pualu Serangan ini juga menyediakan aneka ragam water sport, mulai dari banana boat, flying fish, jet ski, atau sekedar berkeliling kawasan Pulau Serangan menggunakan kapal. Yaa berhubung hari sedang panas-panasnya, saya cukup ngadem sebentar sambil nikkmatin suasana di Pulau Serangan.

Saya sedang memotret ketiga keponakan saya yang sedang asyik bermain pasir di bibir pantai Pulau Serangan

Kakak ipar, saya, dan suami sedang "ngadem" sebentar di bawah tenda. Saking panasnya, gambar yang dihasilkan jadi "backlight"



Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)