Idi, Mendunia Berkat Gasing

Gasing, tahukah Anda permainan tradisional itu? Sebuah permainan yang terbuat dari kayu (kini juga ada yang dari besi), berbentuk seperti buah bengkoang, dan dimainkan dengan cara dilempar menggunakan tali. Sebenarnya, permainan ini ada di beberapa daerah Indonesia dengan nama berbeda. Hanya saja di Betawi, kita mengenalnya dengan sebutan gasing.

ragam bentuk gasing yang dibuat Idi (dok. pribadi)


Adalah Idi kushandi, atau yang biasa disapa Idi, salah satu seniman Betawi yang merintis karirnya sebagai pembuat dan pemain gasing. Berkat gasing, Idi sudah pernah ke Korea Selatan untuk mengikuti kompetisi dan pameran gasing. Idi memulai karirnya tahun 2005. Idi menuturkan, pada mulanya, gasing adalah permainannya sejak kecil. Dari tahun 1959, ia dan teman-temannya bermain gasing di pelataran rumahnya.



Seiring bergulirnya waktu, Idi mulai menekuni pembuatan gasing. Lalu, ia pun pergi ke Bandung untuk mempelajari berbagai teknik dan kreasi pembuatan gasing. Tahun 2005, sepulangnya dari Bandung, Idi mengikuti kompetisi dan menjual gasing di Ragunan.

Dari sini, Idi terus menekuni dunia gasing. Berbagai perlombaan diikutinya. Mewakili Jakarta, Idi meraih Juara ke-2 Turnamen Gasing se-Indonesia yang diselenggarakan di  Taman Mini Indonesia. Turnamen di Sulawesi dan Batam pun pernah diikutinya. Terakhir, Mei 2012 lalu, Idi telah mengikuti lomba gasing di Korea Selatan. Keiikutsertaan Idi dalam berbagai turnamen berasal dari Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

saat gasing Idi beraksi

Selain mahir bermain, Idi juga mahir membuat gasing. Dalam sehari, Idi bisa menghasilkan 20 buah gasing mentah atau belum dihias. "Untuk buat gasing bisa dapet 20 biji tapi masih kasar," ujar anak dari seniman Betawi,  Bokir.

Masih dalam penuturannya, bagian terlama dalam membuat gasing adalah meletakkan paku untuk bikin belen (jejek) di gasin. Paku ini berfungsi agar gasing dapat berdiri kokoh saat memutar. Bahan pembuat gasing juga mempengaruhi kekokohan gasing. "Lebih berat kayu, lebih lama muter. Bikinnya juga hingga seimbang agar bisa jejek," terang Idi. Sementara itu, untuk tali gasing bisa dibuat dari tali pramuka (berbahan katun) yang dicampur dengan benang wol.

Bentuk gasing yang dibuat Idi juga bervariasi. Ada yang berbentuk monas, denok, payung, berembang (dibuat khusus untuk perlombaan). "Kepikiran bikin monas karena ciri khas Jakarta," kata bapak tiga anak ini.

Kalau pakai hiasan, kata Idi, sehari bisa menghasilkan lima buah gasing, kumplit. Dalam pengerjaannya, Idi dibantu oleh Duriat (30) dan Malik Nur Cahyadi (28), yang juga anak dari Idi.

Harga jual gasing buatannya berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp 50.000. "Tergantung besar kecil gasing," tutur Idi. Sementara itu, sewaktu mengunjungi Korea, Idi menjual gasingnya seharga Rp 80.000 (telah dikonversi dari mata uang Korea). Idi juga telah mengekspor gasingnya ke Jepang.

Selain membuat gasing, Idi juga memiliki sanggar tari yang bernama Setia Warga. Dia juga mengajarkan berbagai kesenian Betawi lainnya, seperti membuat kedok (topeng betawi) dan mengajarkan berbagai macam tari topeng. Bagi yang ingin belajar kebudayaan Betawi, dengan tangan terbuka menerimanya tanpa dipungut biaya. "Dari UNJ, kalau mau belajar, ke rumah," kata Idi yang tinggal di daerah Taman Mini.

Di penghujung pembicaraan, Idi berharap agar gasing bisa lebih membumi di tengah serbuan mainan berteknologi tinggi anak-anak. "Kalau bisa kembali lagi ke tradisi. Untuk digalakkin lagi, tiap SD harus dimasukkan permainan gasing. Saya juga sudah masukkan ke SD-SD, utama di Klender. Saya dikasih dana untuk itu," ucap Idi mengakhiri pembicaraan.

2 komentar

  1. duh, maaf. kartu nama Pak Idi hilang.
    Jadi saya nggak bisa kasih keterangan lengkap dimana membeli gangsingnya :(

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)