Cerita Lucu Saat Jadi Reporter


Akhirnya cita-cita saya terkabul untuk menjadi seorang jurnalis. Dari dulu, saya senang nulis, saya senang cerita, dan saya ingin menjadi saksi atas berbagai macam peristiwa yang kemudian memberitakannya ke orang banyak.

Lima belas bulan bekerja di tempat saya, pada bulan keenam belas, saya dicemplungkan oleh supervisor untuk menjadi jurnalis, lebih tepatnya tim buser (buruh sergap). Tujuannya untuk pengembangan divisi tempat saya bekerja dan melatih sense of news dari web citizen journalism yang saya kelola.

Selama dicemplungin jadi jurnalis, saya memegang wilayah selatan (Jakarta Selatan). Banyak pengalaman yang saya peroleh selama delapan hari kerja menjadi jurnalis. mendapat teman baru itu pasti. Teman dalam artian seprofesi. Lalu, liputan di polsek untuk mencari berita kriminal. Pergi ke rumah Biem dan Hidayat Nur Wahid perihal pemeriksaan kekayaan untuk pencalonan mereka menjadi cagub dan cawagub DK Jakarta. Selain itu liputan demo di Deptan, mendatangi lokasi penemuan mayat di waduk Setiabudi Timur dan kebakaran di bilangan Blok S, Kebayoran Baru.

Di kalangan teman-teman yang bertugas di wilayah selatan, khususnya pos 2, hanya ada dua orang wartawan wanita, saya wartawan MI cetak. Setelah lebih lama di pos 2, mulai kenal dekat dengan teman-teman di sana.

Adalah seorang kameramen JAK TV, dia kaget saat mengetahui saya berasal dari media tempat saya bekerja. Maklum, media tempat saya bekerja terkenal agak anti dengan wanita berjilbab. Si kameramen ini ngerasa amazing aja. Hihihihii saya jadi ge er sendiri. Saya klarifikasi, sudah nggak begitu kok. Banyak teman saya yang juga pakai jilbab dan jadi jurnalis di sana.

Selanjutnya ada hal lucu lagi. Jadi, berhubung saya wartawan baru, belum banyak kontak yang saya miliki. Senin (11/6/2012) sore, tersiar berita ada penangkapan 4 orang pelaku pencurian oleh Polsektro Kebayoran Lama. Nah, si kameramen Metro TV, bang Monet, ini dapat telepon dengan kabar seperti itu dari nomer tak dikenal. Alasannya, sedang ganti handphone, sehingga nome-nomer di luar SIM Card tak dikenali. Saya pun disuruh konfirmasi beritanya ke penelepon yang diduga Humas Polsektro Kebayoran lama.

Gue: Halo.. Siang, Pak. Mau nanya tentang berita penangkapan 4 pelaku pencurian.

Kameramen JAK TV: Iya..

Gue: Pelakunya sudah ditangkap, Pak?

Kameramen JAK TV: Belum tau, saya belum ke TKP.

Gue: Kira-kira nanti akan mengadakan rilisnya nggak, Pak?

Kameramen JAK TV: Wah nggak tau saya. Emang ini siapa?

(trus gue kebingungan, dia nanya siapa yang gue telepon. Gue pun bisik-bisik ke Bang Monet)

Gue: Ini Humas Polsek Kebayoran Lama

Kameramen JAK TV: Hah, bukan.

Terus gue ricuh sendiri sama bang Monet gara-gara salah casi nomer telepon.
 Tiba-tiba, orang yang tadi gue hubungin nongol..

Kameramen JAK TV: Elo ya yang tadi nelepon gue?

Gue:Hah?

Kameramen JAK TV: iya, nanyain humas polsek kebayoran lama.

Ahaahahahhaa.. salah samboooooonngg sodara-sodaraaa! Dudul bener deh yeeee.. Bang Monet salah kasih unjuk nomer teleponnya ke saya. Ngakak banget saya pas itu. Mau nelepon humas Polsektro Kebayoran Lama jadi nelepon temen sendiri dan itu satu lokasi! Heyaaahhh.. Yaa tapi sisi positifnya adalah saya jadi kenalan baik dengan kameramen JAK TV, yang belakangan gue tau namanya Haries. Terus yaaa udah deh ngobrol2 perkenalan gitu, tukeran pin BB and so and so and soo..

Masih ada waktu tiga minggu lagi buat saya menjadi seorang jurnalis. Apakah akan ada kejadian seru lainnya? Who knows

1 komentar

  1. oalah, dulu mba nesa sempet jadi jurnalis MI yaa.. saya ada temen disana juga, namanya Vera T, barangkali kenal :D

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)